Mata Inka berusaha melakukan akomodasi untuk menangkap benda apakah yang berduyun-duyun melintas di hadapannya.
Gelembung! Ya, itu adalah gelembung yang sering dimainkan anak-anaknya semasa kecil. Dia sendiri yang membelikan cairan sabun agar mereka bisa bermain dengan gembira.
Menurut Wikipedia, gelembung merupakan percikan suatu zat dalam zat lain baik gas ataupun cairan. Dan mengapa gelembung bisa tetap utuh saat mencapai permukaan zat yang membenamnya, diakibatkan oleh efek Marangoni.
Tetapi bukan itu yang mengganggunya.
Dia ingat, dua pekan terakhir sering marah kepada kedua anaknya. Terutama si sulung. Inka kecewa pada si sulung yang sepulang sekolah sibuk bermain game online dan abai pada dirinya. Inka akhirnya mengomel untuk meluapkan kekesalan dan tidak mempedulikan berapapun usia anaknya sekarang.
Gelembung yang beterbangan benar-benar mengingatkan pada anaknya. Entah berasal dari mana, Inka juga tak habis pikir.Â
Mungkin ada pedagang mainan di salah satu sudut taman yang sedang memberikan demo kepada anak-anak, pikirnya.
Hmm... Inka terkesima. Selaput tipis itu melayang ringan di udara tanpa beban sedikit pun.Â
Betapapun, aku tak mau tinggal di dalamnya! pikir Inka dalam hati. Semasa kecil, dirinya pernah membaca dongeng tersebut.
Di negeri gelembung, semua orang hidup damai menikmati hijaunya hutan dan bunga-bunga yang bermekaran setiap pagi. Mereka saling menyapa dan berbagi senyuman. Begitupun kepik merah dan kupu-kupu bersahabat erat. Semua tampak menikmati kehidupan dengan penuh kebahagiaan.
Berabad-abad pun berlalu.Â