Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelembung Nirmala

2 Maret 2022   08:42 Diperbarui: 2 Maret 2022   08:46 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Inka berusaha melakukan akomodasi untuk menangkap benda apakah yang berduyun-duyun melintas di hadapannya.

Gelembung! Ya, itu adalah gelembung yang sering dimainkan anak-anaknya semasa kecil. Dia sendiri yang membelikan cairan sabun agar mereka bisa bermain dengan gembira.

Menurut Wikipedia, gelembung merupakan percikan suatu zat dalam zat lain baik gas ataupun cairan. Dan mengapa gelembung bisa tetap utuh saat mencapai permukaan zat yang membenamnya, diakibatkan oleh efek Marangoni.

Tetapi bukan itu yang mengganggunya.

Dia ingat, dua pekan terakhir sering marah kepada kedua anaknya. Terutama si sulung. Inka kecewa pada si sulung yang sepulang sekolah sibuk bermain game online dan abai pada dirinya. Inka akhirnya mengomel untuk meluapkan kekesalan dan tidak mempedulikan berapapun usia anaknya sekarang.

Gelembung yang beterbangan benar-benar mengingatkan pada anaknya. Entah berasal dari mana, Inka juga tak habis pikir. 

Mungkin ada pedagang mainan di salah satu sudut taman yang sedang memberikan demo kepada anak-anak, pikirnya.

Hmm... Inka terkesima. Selaput tipis itu melayang ringan di udara tanpa beban sedikit pun. 

Betapapun, aku tak mau tinggal di dalamnya! pikir Inka dalam hati. Semasa kecil, dirinya pernah membaca dongeng tersebut.

Di negeri gelembung, semua orang hidup damai menikmati hijaunya hutan dan bunga-bunga yang bermekaran setiap pagi. Mereka saling menyapa dan berbagi senyuman. Begitupun kepik merah dan kupu-kupu bersahabat erat. Semua tampak menikmati kehidupan dengan penuh kebahagiaan.

Berabad-abad pun berlalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun