Kemana mereka semua? gumamnya mulai panik, lalu berjalan kian kemari mencari ketiganya.Â
Pada beberapa langkah pertama, tanpa disadari, tubuh Inka melepaskan bahan kimia dan menghasilkan energi dalam sel. Energi inilah yang kemudian digunakan sebagai bahan bakarnya mengitari taman.
Pikirannya agak tegang. Belum pernah Inka berjauhan dari anak-anaknya. Sekalipun mengurus anak-anak membuat lelah dan menguras emosi, Inka merasa tak bisa hidup tanpa buah hatinya.
Sekarang denyut jantungnya terhitung antara 70 sampai 100 denyut per menit (bpm). Aliran darah Inka cepat meningkat, dan otot-ototnya memanas.
Dalam proses ini, molekul kompleks dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana. Misalnya, molekul gula sederhana dipecah menjadi karbon dioksida (CO2), uap air dan energi. Volume udara maksimal yang dihasilkan berkisar 500 mL.Â
Setelah merasa lelah dan tak menemukan petunjuk sedikit pun, ia berhenti dan mendaratkan tubuhnya pada sebuah bangku panjang. Inka beristirahat dan mulai merasakan denyut jantungnya melambat.Â
Inka berusaha melakukan respirasi, yaitu proses keluar masuk udara pada paru-paru. Mulanya ia menghirup udara taman dengan hidung, masuk ke faring, laring, trakea, bronkus, dan akhirnya paru-parunya terisi udara. Lalu ia mengembus perlahan sampai terasa nyaman.
Ia berusaha kembali bernafas dengan normal yaitu 12 -17 kali semenit.Â
Sayang ia tak membawa botol minumnya. Tapi syukurlah lelahnya pelan-pelan hilang, kecuali sakit di kepalanya yang tetap tak mau pergi.
Suasana hening sepi. Tak ada siapa-siapa di taman. Tak satu kendaraan yang lalu-lalang, bahkan kupu-kupu juga tak terlihat. Hanya kemilau sinar yang seolah tumpah dari langit.
Pupil mata Inka memicing. Otot-otot siliaris mengubah panjang fokus mata, hingga gambar terbentuk jelas di retina.Â