Toni berjalan bolak-balik di kamarnya yang sempit. Sudah sejak tadi dia memutar otak. Dua hari lagi adalah perayaan hari Valentine, dan dia belum punya kado cokelat istimewa.
Sejenak dilepaskannya baju kerjanya. Tanpa mandi Toni langsung berbaring dan memejamkan mata.Â
Tubuh yang lelah akan mempersulit kerja otak. Lebih baik ia beristirahat barang sejenak, siapa tahu ada solusi masalahnya.
Detik berikutnya, Toni sadar. Sebuah cokelat hanyalah tentang membuat Betty senang. Layaknya remaja seusia mereka yang menganggap hari Valentine sebagai momentum. Lagipula, apakah Betty penyuka cokelat?
Sebaiknya aku mencari hadiah lainnya saja, pikir Toni.
Tapi bagaimana kalau Betty benar suka cokelat dan berharap cokelat dari Toni? Bisa-bisa Toni langsung diputusin!
Keesokan harinya sepulang bekerja, Toni mampir ke toko swalayan. Dengan ragu didorongnya pintu kaca toko. Suasana ramai, dan kebanyakan dari mereka sedang mengerubungi display cokelat.
Toni membatalkan niatnya, dan berbalik meninggalkan toko. Nanti saja kupikirkan lagi, katanya dalam hati.
Apa yang salah dengan cokelat? Kenapa Toni berusaha mengganti kebiasaan ini dengan hal lain yang dia sendiri belum tahu?
Sesampainya di rumah, Toni tak langsung masuk ke kamar. Langkahnya terhenti di depan barisan pot kecil. Diperhatikannya beberapa jenis tanaman yang baru beberapa bulan dia rawat. Semua tumbuh subur. Bahkan satu dua jenis mulai mempunyai bakal bunga.Â
Sebenarnya ini pun cocok diberikan pada pacarnya. Mencintai tanaman, berarti berusaha menjaga alam.Â
Ah. Toni garuk-garuk kepala sebelum dia beranjak masuk.
Hal paling sulit dilakukan adalah merubah kebiasaan. Pasangan remaja di seluruh dunia, sudah terbiasa mengikuti cara-cara bangsa Eropa untuk menandai peringatan Hari Valentine 14 Februari.Â
Menurut sejarahnya, cokelat menjadi barang mewah dan mahal di kalangan suku elit Maya dan Aztec. Pada saat itu mereka menikmati cokelat dengan minuman campuran antara biji kakao dengan tepung maizena, madu, dan vanila. Dan pada abad ke-16 cokelat mulai menyebar di daratan Eropa.Â
Tetapi dalam perkembangannya, bukan bangsa Eropa saja yang kemudian merayakan hari kasih sayang dengan cokelat. Melainkan bangsa di luar Eropa juga.Â
Ricard Cadburry (dari Inggris) sebagai keturunan keluarga produsen cokelat, pada tahun 1800-an akhirnya menciptakan inovasi cokelat dengan rasa yang enak. Dark chocolate (cokelat masak) tersebut dikemas dalam kotak berbentuk hati disertai gambar Cupid (dewa cinta dalam mitologi Yunani) dan bunga mawar di atasnya.Â
Pada masa Ratu Victoria, cokelat terpilih sebagai simbol kasih sayang dan rayuan kepada wanita. Selain untuk menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan, cokelat juga bermakna kesuburan.
Toni sadar, meski wanita takut menjadi gemuk, tapi mereka sulit menolak cokelat yang lezat plus tambahan kacang kenari atau mente di dalamnya.Â
Apalagi bila ditambah setangkai mawar merah lambang cinta dari kekasihnya, wanita auto klepek-klepek!
Uuuuhhh.... Toni jadi kesal sendiri.Â
Sebagai lelaki setia, dia tak ingin kehilangan gadis yang baru saja resmi dipacarinya. Dia ingin hubungan ini berjalan awet dan mendapat restu dari orang tua Betty.Â
Tetapi jujur, Toni sama sekali tak ingin memberi Betty cokelat sebagai tanda kasih sayangnya.
Lelaki itu menghempaskan dirinya pada kursi busa yang telah usang. Matanya menerawang ke arah langit-langit, dan hidungnya menghirup bau kopi yang tadi dia seduh.
Ada banyak macam pilihan, menurut mesin telusur semalam. Toni mencoba mengingat-ingat kembali.
Boneka beruang besar, balon bentuk hati, makan malam romantis, perhiasan, bantal bertuliskan nama berdua, hoody couple, tiket konser... dan entah apa lagi.
Coba perhatikan, gumam Toni sendiri.
Pertama, Ratu Victoria saja mengakui, ia senang bila menunjukkan perasaannya dengan memberi hadiah. Kedua, tahun 1837, teknologi telah menjadikan hari Valentine sebagai tambang emas komersial.Â
Lalu mengapa kita harus pusing-pusing?
*
Keesokan hari, Toni menemui Betty di rumahnya. Di tangannya sebuah kotak berisi telur ayam hasil meminjam di tempatnya bekerja. Dia juga membawa sedikit rumput kering sebagai pelengkap.
Betty menyambut kedatangan pacarnya dengan senyum ceria sampai behel giginya terlihat jelas. Bola mata hitamnya tampak membesar di balik kacamata tebal. Rambut ombak sebahu dan poni yang menutupi kening.Â
Inilah pacar Toni yang nyaris membuat dia pusing tujuh keliling.Â
"Selamat hari valentine ya, Sayang," bisik Toni saat mereka sudah duduk bersisian.
"Ya, terima kasih. Apakah kau membawa telur?" tanya gadis itu ternganga.
"Kau tau, telur ini sangat kaya kandungan gizi. Kau bisa membuat kue dengan telur-telur ini, bukan?" jawab Toni semangat.
"Bagaimana kau tahu kalau aku suka membuat kue? Tentu saja. Aku akan membuat berbagai kue yang enak untukmu."
"Ada lagi, Sayang. Telur tidak akan membuat gigimu hitam dan behelnya kotor. Kau tidak akan sakit gigi setelah memakannya. Ini berbeda sekali dengan cokelat, bukan?
"Kau baik sekali. Aku akan membawa telur ini ke dapur," sambut Betty senang.
"Baiklah..." sahut Toni lega.
"Oya, hampir lupa."
"Apa?"
"Kalau sudah gajian, tolong beli dua cokelat untukku. Mau??"
Jleg! Toni seperti dicekik. Bagaimana Betty tahu ini hanyalah akal-akalan dirinya?
"Pasti," jawab lelaki itu akhirnya. Ditatapnya Betty melangkah riang menuju dapurnya.
SELESAI
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana
Kota Tepian, 14 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H