"Mari silahkan," katanya lagi sambil menyentuh tangkai kaca. Meminumnya penuh nikmat.
Sebenarnya aku suka teh, tapi tidak yang dicampur bunga saat dikeringkan.
Kupandangi kepulan uap panas yang keluar dari cangkir kaca. Aromanya merasuk ke hidung dan terasa ganjil. Tapi aku tak kuasa meminta teh lainnya.
Sebuah senyum sederhana, seakan menyindirku saat ini. Tapi aku tak akan mengakuinya.
SELESAI
Cerpen ini ditulis untuk Kompasiana.
Kota Tepian, 11 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H