Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sehari Sebelum Kematian Itu Datang

11 Desember 2021   08:11 Diperbarui: 11 Desember 2021   08:21 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sehari Sebelum Kematian itu Datang| foto: hubpages.com

Udara begitu dingin, dan memang malam belum sepenuhnya pergi. Aku melihat di luar masih terlalu gelap. Tapi suster Matilda sudah sejak tadi berdoa di kamarnya.

Lebih dari tiga puluh tahun bekerja untuk Tuan Marten, bagiku adalah pengabdian seumur hidup. Aku bahkan melupakan keharusanku menikah, seperti yang lainnya. Di antara sedikit lelaki yang bisa mengenalku dalam tembok pagar rumah sederhana itu, aku memang menolak lamaran mereka. 

Di usia muda, aku sempat mengenal cinta. Aku mengagumi seseorang dan rela menjadi pasangan hidupnya. Aku akan melahirkan berapa pun anak-anak yang dia inginkan. Tapi cintaku harus bertepuk sebelah tangan.

Kukira perputaran waktu akan menghilangkan kekecewaan yang kurasakan. Ternyata aku salah. Kehadiran partner cantik sang arkeolog telah membangkitkan kecemburuan hatiku.

Beberapa ekskavasi yang dilakukan mereka berdua, maksudku bersama rombongan lainnya juga, membuat sayatan yang begitu perih. Nona Lisa telah merebut Tuan Marten begitu mudahnya. Hanya dengan pekerjaan dan kepintaran yang sama.

Setelah bertahun-tahun, aku menjadi tak sabar lagi.

Di suatu sore, saat lelaki itu meninggalkan meja kerjanya, masuk ke kamar kecil, aku menghidupkan panci listrik di sudut ruangan. Sedikit ekstrak vanili dalam rebusan air di dalamnya, perlahan menebarkan aroma yang sangat disukainya. Tapi bukan itu.

Aku pernah mendengar tentang racun sianida yang dimasukkan dalam cangkir kopi. Aku juga meletakkan kopi dengan sedikit krim di mejanya. Tanpa serbuk sianida sedikit pun.

Orang pertama yang kuhubungi saat Tuan Marten tergeletak adalah Lisa. Aku ingin polisi mengarahkan penyidikan pada wanita kurus itu. Tapi ternyata ia tak banyak membantu. Maksudku polisi membebaskannya setelah tiga belas jam pemeriksaan.

"Nyonya Grace, ada yang Anda pikirkan?" tiba-tiba suster Matilda sudah muncul di depanku. Ia membawa nampan berisi dua cangkir teh beraroma bunga. 

"Tidak ada," jawabku tak enak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun