Tidak seperti suaminya yang terlihat pasrah dan menyerahkan semua pada sang takdir. Wanita itu terus berpikir sepanjang siang dan malam. Begitu ketakutan ketiga anaknya akan kelaparan karena tak cukup makan. Kekurangan biaya pendidikan dan putus sekolah. Lalu akhirnya hanya berjodoh dengan orang kecil lagi.
"Hidup sebagai orang kecil itu tidak enak, Nak," katanya suatu kali kepada Raisa. "Sekolah yang benar, supaya kau mudah meraih jalanmu untuk bahagia. Jangan seperti ibu, ya??"Â
Gadis itu mengangguk. Dilupakannya keinginan untuk tumbuh sebagai remaja yang ceria. Kesana-kemari dengan tentengan gawai dan motor model masa kini. Hura-hura di kafe dengan kartu kredit dari orang tua. Raisa sadar siapa kedua orang tuanya.
*
Pasar, selalu memberikan kejutan. Tentang harga-harga yang meroket naik, tentang dompet yang kecopetan, bahkan terkejut karena bertemu kawan lama!
Seperti suatu hari, saat wanita itu tak sengaja bertemu kawan lamanya, Megantara. Ia pemilik toko emas di pasar dengan tiga orang karyawan. Lebih mengejutkan, sampai setua ini kawannya itu belum juga menemukan tambatan hati.Â
Sulit dipercaya dan keterlaluan. Bukankah berumah tangga juga mempunyai waktu terbaik untuk dijalani? Bagaimana kalau "terlambat" seperti ini?
Dulu, semasa sekolah, Megantara termasuk siswa pendiam dan tidak punya banyak teman. Ia lebih nyaman menghabiskan waktunya dengan membaca di perpustakaan. Bahkan setelah jam pelajaran terakhir, ia masih berusaha membaca sampai sekolah benar-benar bubar.Â
Sebenarnya, wanita itu pernah menaruh hati pada Megantara. Namun yang bersangkutan tak sempat mengetahuinya sampai mereka lulus sekolah. Ternyata hidup mempertemukan mereka lagi, setelah lebih dari dua puluh tahun.
Sambil menikmati gurihnya bubur ayam, keduanya saling bertukar cerita. Tak mempedulikan ramainya pasar di akhir pekan.
Megantara berencana mengunjunginya besok. Wanita itu sempat memberitahu apa pekerjaan suaminya yang membuat hidupnya terlalu menyedihkan. Kebetulan, Megantara ingin sedikit merenovasi rumah. Mendengar keluhan wanita itu, ia berniat sekalian membantu.