Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Singgasana Hati Ibu

28 Februari 2022   06:40 Diperbarui: 1 Maret 2022   18:19 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti suaminya yang terlihat pasrah dan menyerahkan semua pada sang takdir. Wanita itu terus berpikir sepanjang siang dan malam. Begitu ketakutan ketiga anaknya akan kelaparan karena tak cukup makan. Kekurangan biaya pendidikan dan putus sekolah. Lalu akhirnya hanya berjodoh dengan orang kecil lagi.

"Hidup sebagai orang kecil itu tidak enak, Nak," katanya suatu kali kepada Raisa. "Sekolah yang benar, supaya kau mudah meraih jalanmu untuk bahagia. Jangan seperti ibu, ya??" 

Gadis itu mengangguk. Dilupakannya keinginan untuk tumbuh sebagai remaja yang ceria. Kesana-kemari dengan tentengan gawai dan motor model masa kini. Hura-hura di kafe dengan kartu kredit dari orang tua. Raisa sadar siapa kedua orang tuanya.

*

Pasar, selalu memberikan kejutan. Tentang harga-harga yang meroket naik, tentang dompet yang kecopetan, bahkan terkejut karena bertemu kawan lama!

Seperti suatu hari, saat wanita itu tak sengaja bertemu kawan lamanya, Megantara. Ia pemilik toko emas di pasar dengan tiga orang karyawan. Lebih mengejutkan, sampai setua ini kawannya itu belum juga menemukan tambatan hati. 

Sulit dipercaya dan keterlaluan. Bukankah berumah tangga juga mempunyai waktu terbaik untuk dijalani? Bagaimana kalau "terlambat" seperti ini?

Dulu, semasa sekolah, Megantara termasuk siswa pendiam dan tidak punya banyak teman. Ia lebih nyaman menghabiskan waktunya dengan membaca di perpustakaan. Bahkan setelah jam pelajaran terakhir, ia masih berusaha membaca sampai sekolah benar-benar bubar. 

Sebenarnya, wanita itu pernah menaruh hati pada Megantara. Namun yang bersangkutan tak sempat mengetahuinya sampai mereka lulus sekolah. Ternyata hidup mempertemukan mereka lagi, setelah lebih dari dua puluh tahun.

Sambil menikmati gurihnya bubur ayam, keduanya saling bertukar cerita. Tak mempedulikan ramainya pasar di akhir pekan.

Megantara berencana mengunjunginya besok. Wanita itu sempat memberitahu apa pekerjaan suaminya yang membuat hidupnya terlalu menyedihkan. Kebetulan, Megantara ingin sedikit merenovasi rumah. Mendengar keluhan wanita itu, ia berniat sekalian membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun