Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyala Lilin dan Seorang Wanita pada Sebuah Kamar

10 November 2021   21:39 Diperbarui: 10 November 2021   22:01 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nyala Lilin dan Seorang Wanita pada Sebuah Kamar|foto: flickr.com

Rose bergolak, berteriak histeris dan terus menangis pada awalnya. Tapi ini sungguh tak mengubah keputusan tuan Peter.

Kekejamannya bukan hanya menghilangkan jadwal berkunjung ke peternakan suaminya, bahkan menginjak pekarangan mereka pun tidak.

Rose kehilangan kebahagiaan. Ia tak pernah merasakan sinar matahari pagi, embusan angin senja, atau gemintang yang bertaburan di waktu malam.

Tak pernah dilihatnya sosok manusia, kecuali bibi Em yang membawakan makanan. Itu pun setelah suaminya pulang dan membuka pintu yang terkunci.

Terlalu banyak permohonan yang dia lakukan agar dirinya dibebaskan. Bahkan berlutut pun tak menggubris tuan Peter sama sekali. Bayangan istrinya akan jatuh ke pelukan laki-laki lain, jauh meneguhkan tekadnya.

Hari demi hari berlalu. Kulit Rose yang putih sekarang kusam menua. Rambutnya tak pernah disisir. Mandi pun enggan.

Sepasang mata biru jernih itu, telah lama memancarkan rasa putus asa. Aliran darahnya membeku, tanpa sedikit pun digerakkan layaknya makhluk hidup. Entah menunggu mati, atau menunggu waktu yang tepat.

Beberapa orang yang mendatangi bukit Lonceng, terpana melihat bangunan tunggal di bagian puncak. Sebentuk menara kecil yang sebenarnya sebuah kamar, jauh lebih menarik perhatian.

Ya, Rose seringkali menatap dari balik jendela yang buram. Seakan ia ingin pertolongan datang dan membebaskannya dari kutukan.

Sayang, bukit lonceng hanya hamparan ilalang kuning yang tak menarik orang-orang. Tak seorang pun bisa melepaskannya dari rasa terpasung.

"Sebegitukah cinta?" Rose membatin, dan menyesali pernikahannya dengan tuan Peter. Ia merasa dibunuh oleh kecemburuan sang suami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun