Aku menyeka sudut mataku. Terlalu banyak cerita pilu penyintas kanker yang yang memenuhi benakku. Mereka tak lelah berjuang. Sementara banyak orang lainnya menyia-nyiakan hidupnya dengan kesenangan sesaat.
*
25 Oktober, 21.05, pada sebuah kafe di California
Seorang wanita berbobot terlalu ringan, berwajah cantik dengan sinarnya yang berseri, duduk di tengah panggung, mempersiapkan diri.
Cukup lama waktu yang dia butuhkan, kalau hanya ingin memanjatkan sebuah doa lalu berkonsentrasi. Sepertinya dia juga menggunakan momen ini untuk berbagi emosi dengan alat musik klasik di tangannya.
"Ayolah Nyonya Sella, Anda pasti bisa melawan waktu!" jeritku dalam hati. Betapa tegarnya wanita tersebut. Ia terus melawan stadium demi stadium yang menyiksa badannya, tapi tidak jiwanya.
Air mataku berlinangan, di tengah gemuruh tepuk tangan pengunjung kafe. Sebuah apresiasi yang terlalu pantas untuk mahakarya rasa sekeren ini.
Aku tidak heran, nyonya Sella adalah satu dari sedikit bintang di seluruh dunia. Kehidupannya memberi inspirasi, kehangatan, kekuatan, dan cinta.
”We love you forever...” kataku begitu sampai di hadapannya. Sebuket bunga rose putih kupersembahkan, yang segera disambut standing applous semua hadirin.
Dia tersenyum dan balas memelukku.
Terima kasih Tuhan, Engkau pertemukan aku dengan wanita hebat sepertinya.