Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sella, Gadis Biola yang Melawan Waktu

25 Oktober 2021   17:26 Diperbarui: 26 Oktober 2021   15:21 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sella, Gadis Biola yang Melawan Waktu|Anne Akiko Meyers/liputan6.com

Di tempatnya tinggal, nyonya Sella sering dijuluki "gadis biola" oleh warga sekitar. Meskipun sekarang usianya sudah tidak muda lagi, setiap ada yang menanyakan alamatnya, mereka selalu bilang, "Gadis biola itu tinggal di sana..."

Sebenarnya, kejayaan nyonya Sella sudah lama berlalu. Paparazi sudah tidak  mengejarnya dengan ratusan blitz dan pertanyaan sebelum masuk ke mobil mewahnya. Juga tak ada asisten yang selalu mengingatkan apa saja jadwalnya hari ini.

Kecenderungan masyarakat bergeser dengan irama beat dan electronic dance music saat ini. Bisa dibayangkan kotak penikmat musik biola, menjadi semakin kecil saja. Malah ada yang bilang musik orkestra untuk kalangan orang cerdas semata.

Yang jelas, saat ini wanita cantik itu lebih banyak mengisi waktunya di kafe ibu kota dan di sekolah musik yang didirikannya. Demikian tulis surat kabar papan atas, bulan lalu.

"Sebenarnya, adikku itu sedang melawan waktu," tutur sang kakak, Margaret.

"Tapi mengapa, Nyonya?" tanyaku sambil bersiap mencatat. Sepertinya ini akan jadi berita utama hiburan, besok.

"Pernahkah kalian mendengar seseorang yang menjalani hidupnya dengan penuh semangat, padahal dia sedang sakit?" 

Aku menatap lantai kelas sekolah musik yang sudah mulai sepi. Mereka sudah pulang sejak tadi. Bahkan kantor yayasan akan segera dikunci.

"Maksud Anda, nyonya Sella sedang menunggu takdir hidupnya?"

"Tepat. Dia sedang menunggu dengan segenap ketegarannya. Tanpa seorang suami atau anak di sisinya. Hanya seluruh biola kesayangannya saja yang menjadi temannya..."

Nyonya Margaret menatapku. Sinar matanya seperti ingin mengatakan sesuatu. Ayo, tulislah apa saja untuk menginspirasi semua orang. Mengapa kita harus takut untuk sakit atau mati. We're just human being!"

Aku menyeka sudut mataku. Terlalu banyak cerita pilu penyintas kanker yang yang memenuhi benakku. Mereka tak lelah berjuang. Sementara banyak orang lainnya menyia-nyiakan hidupnya dengan kesenangan sesaat.

*

25 Oktober, 21.05, pada sebuah kafe di California

Seorang wanita berbobot terlalu ringan, berwajah cantik dengan sinarnya yang berseri, duduk di tengah panggung, mempersiapkan diri.

Cukup lama waktu yang dia butuhkan, kalau hanya ingin memanjatkan sebuah doa lalu berkonsentrasi. Sepertinya dia juga menggunakan momen ini untuk berbagi emosi dengan alat musik klasik di tangannya.

"Ayolah Nyonya Sella, Anda pasti bisa melawan waktu!" jeritku dalam hati. Betapa tegarnya wanita tersebut. Ia terus melawan stadium demi stadium yang menyiksa badannya, tapi tidak jiwanya.

Air mataku berlinangan, di tengah gemuruh tepuk tangan pengunjung kafe. Sebuah apresiasi yang terlalu pantas untuk mahakarya rasa sekeren ini. 

Aku tidak heran, nyonya Sella adalah satu dari sedikit bintang di seluruh dunia. Kehidupannya memberi inspirasi, kehangatan, kekuatan, dan cinta.

We love you forever...” kataku begitu sampai di hadapannya. Sebuket bunga rose putih kupersembahkan, yang segera disambut standing applous semua hadirin.

Dia tersenyum dan balas memelukku.

Terima kasih Tuhan, Engkau pertemukan aku dengan wanita hebat sepertinya.

SELESAI

Cerpen ini fiktif belaka. Penulis sangat mengapresiasi pemain biola wanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun