Persahabatan antara dirinya dengan gadis berambut panjang itu, dimulai sejak Alya pindah ke sekolahnya. Mereka duduk sebangku, dan cepat menjadi akrab.
Sarah suka karena Alya cerdas, dan sangat sabar menghadapi dirinya. Sementara yang lain hanya berbasa-basi.
Cap gadis sombong memang tak lepas dari Sarah. Bahkan saat sakitnya sekarang. Karena kesombongannya pula, teman-teman tak banyak yang menjenguk.
Sarah memiringkan badan, meraih jus jambu di atas meja. Sekilas diliriknya jam dinding. Sudah terlambat tiga puluh menit dari waktu yang disepakati. Ia mulai kecewa.
*
Udara bertambah dingin. Alya masih mematung di bawah sebuah atap. Ia tak berani duduk di bangku kayu yang tampak tua dan penuh debu. Ibu pasti marah kalau ia tak menjaga sikapnya. Tapi betisnya mulai pegal juga.
Sepasang matanya menghangat. Alya menangis menatap aliran air di badan jalan, beberapa jarak di depan sana. Kapan ia akan bertemu Sarah?Â
Tak ada jalan lain menuju rumah karibnya yang sedang sakit parah. Sarah pasti nelangsa.Â
Sudah setahun lebih sejak lulus sekolah, gadis manis itu mengidap penyakitnya. Kedua orang tua Sarah sudah kehabisan biaya. Rumah sakit pun memintanya beristirahat di rumah.
Alya suka Sarah. Meski sedikit angkuh, tapi Sarah punya hati yang sangat lembut. Alya yakin itu.
Ditekannya lagi tombol on di sisi ponsel. Coba menghubungi nomor mama Sarah. Ada sedikit tanda sinyal di bagian atas layar. Gagal.