Istri nabi Ayyub AS menyarankan agar ia memohon kesembuhan kepada Allah swt. Sebagai nabi Allah, permohonannya pasti dikabulkan. Tapi apakah jawaban nabi Ayyub kepada istrinya?
Ia merasa malu jika tidak sabar dengan ujian ini. Selama 80 tahun diberikan kesehatan dan kecukupan, tetapi 18 tahun saja diberikan penyakit, ia sudah memohon kesembuhan.
Namun, karena ia memahami mungkin istrinya sudah lelah merawatnya, nabi Ayyub AS pun berdoa kepada Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang (Al Anbiya:83)
Dari kisah pengalaman penjual gado-gado, setelah mengalami gagal panen cabai, ia mengultimatum sang suami; ingin ikut ke kota mengadu nasib, atau bertahan sebagai petani di hulu pedalaman?Â
Di sana, dirinya sudah lama tak bertemu penjual ikan. Ingin menikmati daging ikan yang lezat, tetapi setiap hari janya bisa makan sayur dan sambal. Begitulah.
Tidak setiap diri dapat memaknai syukur sedalamnya. Kehidupan spiritual seseorang tidaklah sama.Â
Belajar memahami setiap kejadian yang dialami, merasa diri adalah milik  Sang Pencipta, dan kehidupan pun dalam genggamanNya, dapat memunculkan kesabaran dan penerimaan atas takdir Allah swt.
Manusia diminta untuk berikhtiar, seperti penjual gado-gado yang memutar haluan. Berusaha menempuh jalan lain untuk kesejahteraan hidup mendatang.
Yang salah adalah, ketika Allah swt menumbuhkan berbagai macam sayuran sebagai rahmat, manusia menjadikannya sia-sia dengan membuangnya begitu saja.Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H