Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bos Baik Hati, Karyawan Minta Jantung

14 Juli 2021   05:55 Diperbarui: 14 Juli 2021   06:02 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang bermuka dua (foto dari aktual.com)

Jadi bos itu, tidak gampang, menurut saya. Tidak cukup hanya dengan pintar, seseorang bisa menjadi pemimpin perusahaan. Tapi juga harus cerdik, kuat mental, serta sabar.

Ramah-tamah, juga tidak terlalu penting. Sebab seringkali dijadikan kelemahan oleh anak buah yang tidak tahu diri.

Sebuah pengamatan sederhana terhadap mandor dan anak buahnya, pada proyek pengerjaan gedung kelurahan yang baru. Sebut saja namanya Pak Juri. 

Pada tahap tertentu, ia sudah merekrut 30 orang karyawan dengan spesifik keahlian tukang dan helper. Mereka mengerjakan dalam kurun waktu empat bulan saja, sesuai deadline yang diberikan.

Adalah Koh Henri, orang kepercayaan sekaligus teknisi yang memasok ketersediaan bahan di lapangan. Sifatnya yang doyan mengirit anggaran, konon justru memasukkan uang ke kantong sendiri. Nah lo!

Belasan pekerja pun hanya bisa duduk menganggur. Ini jelas merugikan perhitungan gaji sang mandor. Meski sudah didorong untuk melapor ke "atas", Pak Juri masih saja memakai jurus sabar dan menahan diri. 

Dan memang benar, masalah ini tidak sampai berkepanjangan.

Tetapi, muncul "penyakit" lain sebagai dinamika bekerja.

Pak Udin, satu dari sedikit pekerja yang diandalkan karena kualitas kerjanya memang jempol, belakangan selalu datang satu jam lebih lambat dari pukul delapan. Setengah menyindir, para buruh bangunan biasa menyambut kedatangannya dengan membungkuk sambil berkata, "pagi, Pak Udin..." 

Yang disapa hanya mesem-mesem. Tapi terus saja berulang sampai proyek kelar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun