"Menurutku ibu bukan mengamuk, ibu itu idealis. Segala sesuatunya ingin sempurna!" lanjutnya.
Saya jadi tercenung-cenung. Benar juga. Saya terlalu sering "ribut" karena menginginkan sesuatu berjalan pada jalurnya, tertuang menurut porsinya. Kalau memakai istilah beberapa orang, saya disebutnya cerewet.
Seperti pada acara di sekolah anak saya, beberapa kali saya dikomplen cerewet oleh orang tua murid lain.
"Mau foto aja, diatur rapi-rapi, dibenerin baju anak-anak, disuruh hadap betul, lamaa..."
Hahaha...saya terpaksa tertawa di suasana gembira saat itu. Membela diri dengan bilang, "Kayak ngga tahu aku ajaa..."
Pernah pula, yang terasa getir di hati saya, seorang sahabat ibu (alm) saya pernah mengatakan kepada menantu perempuannya, "ya, dia itu memqng detil, sebab dia itu cerewet di rumahnya hahahah..."
Meski saat itu saya menanggapi dengan balas tertawa, sejujurnya saya jadi malu dan tak enak hati.
Waktu itu saya sedang melihat-lihat album foto pernikahan sang anak, dan menangkap beberapa hal tersembunyi yang saya pertanyakan.
Sang menantu menyambut senang dan tidak menyangka, namun sahabat ibu saya justru berkomentar demikian.
Jam di dinding akhirnya merapat di pukul 22.00. Sudah cukup larut malam.Â
Baiklah Nak, terima kasih atas penilaiannya yang jujur. Ibu akan bagikan hal ini besok.