"Kau egois, kau membabi buta!"
"Aku benci kau pencemburu!"
"Kau tinggalkanlah aku!"
Terkadang teriakan ini muncul lagi di kepalaku. Sudah cukup lama sejak pertengkaran terakhir aku dan Liana.
Aku tak berniat merusak suasana rumah yang adem ayem. Bahkan seluruh kekuatanku sudah kukerahkan. Tapi sulit kutahan rasa ini. Apalagi semalam Liana memutar video band cowok-cowok itu. Idola semasa dia SMU.
Beberapa malam ini aku menjadi sulit tidur. Di dadaku seperti ada batu besar. Rasanya berat dan sesak. Terkadang terasa seperti api panas yang sampai ke kepala.
Liana pernah bilang bahwa aku suami bodoh, tidak dapat menyelesaikan masalah.Â
Aku tidak tersinggung soal itu. Juga ketika dia bilang aku "sakit"! Liana istriku, jadi aku harus menjaganya. Susah payah aku nenghidupi dia dan anak-anak.
Aku pernah menikah, sebelum dengan Liana. Tapi rasa cemburuku tidak sebesar ini. Walau sudah lebih sepuluh tahun kami menikah, aku masih sering gelisah di tempat kerja karena memikirkan Liana. Bagaimana kalau dia pergi dengan laki-laki lain? Atau ada laki-laki yang datang dan merayunya di tempat tidur kami?
"Loe harus bertemu psikiater, Ju. Kasihan istri dan anak-anak loe kalau gini terus..."
"Entar Liana beneran selingkuh, kalau loe tuduh-tuduh terus..."
Dasar kampret! Dodik malah nyumpahin. Dia belum tahu aja, rasanya istri minggat dengan laki-laki lain!