Prestise menurut KBBI adalah: wibawa (perbawa) yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang.
Alkisah, sepasang suami istri yang sudah sembilan tahun menikah, belum juga dikaruniai seorang anak.
Sang istri, pernah mempersilahkan suaminya jika ingin menikah dengan wanita lain. Syarat dan ketentuan berlaku.
Apakah syaratnya?
Sang istri mengatakan, begitu suaminya berhasil mendapatkan keturunan (dari istri baru), maka bayi mereka menjadi hak  istri tua. Ia akan mengasuhnya, dan berbagi hari kunjungan suami, dengan sang madu.
Suami yang setia ini pun menjawab  "nggak perlu, Bu. Mana ada perempuan yang mau anaknya diambil. Sudahlah, kita adopsi bayi saja..."
Waktu pun berlalu. Entah sudah berapa lama perbincangan ini.
Suatu hari, terdengarlah suara tangis bayi dari rumah tetangga mereka. Pemilik rumah adalah sepasang suami istri lanjut usia. Empat orang anak mereka, masing-masing telah berumah tangga dan mempunyai anak.Â
Lalu bayi siapakah itu?
Tak terasa sudah seminggu lamanya. Bayi itu terus menangis sewaktu-waktu. Apakah dia sakit?
Singkat cerita, bayi berusia dua puluh lima hari itu telah diadopsi. Persis rencana mereka di masa lalu.
Ranti merupakan bayi terlantar yang ditinggalkan ibunya. Ia dititipkan pada lansia kenalan sang ibu. Sementara ayahnya entah lelaki yang mana. Menyandang status janda beranak dua, sang ibu kandung justru senang bermain api.
Bayi Ranti pun tumbuh besar. Tak terasa sudah enam tahun usianya. Ia hidup berlimpah cinta dan fasilitas. Pakaian yang bagus, makanan enak setiap hari, perhiasan emas, apalah lagi sekedar mainan mahal.
Tapi tampaknya ada yang salah. Ranti jauh lebih menyedihkan dibanding teman-teman sekolahnya. Tubuhnya kurus, serta raut wajahnya tak bersemangat.
Meski begitu, Ranti sangat hormat dan sayang pada ibu angkat. Ia paling takut sang ibu merajuk. Tanpa ia sadari dirinya hanyalah anak adopsi.
Di suatu bulan ramadhan, saat Ranti masih berusia enam tahun, gadis tak berdosa ini tampak begitu tak bergairah. Matanya sayu dan pipinya tirus. Ada bayang-bayang hitam di bawah matanya.
"Ranti habis sakit beberapa hari. Dia kecapaian berpuasa. Disuruh off dulu puasanya, Ranti ngga mau..."
Aku terperangah. Sakit?
Aku teringat sulungku yang hanya terpaut beberapa bulan dengannya.Â
Sulungku juga berpuasa, tapi hanya sampai waktu zuhur. Selanjutnya ia bebas makan apa saja untuk memenuhi nutrisi pertumbuhannya.
"Padahal ayahnya sudah bilang, permainan kasir tetap dibeli (saat itu seharga Rp 500.000). Nggak usah dipaksain puasanya?"
Aku lebih tertegun.Â
Jadi anak sekecil ini, berpuasa untuk mendapatkan hadiah dari ayah bundanya? Satu hal yang tidak pernah kuterapkan pada sulungku dan adiknya. Bahkan sampai si sulung sekarang menuju 14 tahun. Sama dengan usia Ranti sekarang.
Pola berpuasa untuk anak perempuan, ala saya:
Usia 6-7 tahun, berpuasa sampai waktu zhuhur
Usia 8-10 tahun, berpuasa sampai waktu zhuhur, berbuka satu jam, lanjut puasa sampai magrib
Usia 11-12 tahun, berpuasa sampai waktu magrib, boleh selang-seling hari. Hari ini berpuasa, besok istirahat.
Usia 13 tahun ke atas, berpuasa sampai waktu magrib, rutin setiap hari, kecuali sedang sakit, boleh tidak berpuasa dulu.
Delapan tahun sudah peristiwa ini berlalu. Namun bayangan Ranti yang malang, tak pudar dari ingatan. Bukan saja karena gadis itu tak tahu asal-usul kelahiran dirinya. Tapi juga karena sikap kedua orang tuanya.
Sang ibu angkat, sekalipun sangat sayang pada Ranti, sering pula bersikap cukup keras.Â
Sejak kecil, Ranti dibiasakan memilih. Antara melakukan kehendak sang ibu, atau ibunya akan meninggalkannya.
Saat saya menulis kisah ini, Ranti akan berulang tahun yang ke-14 beberapa hari mendatang.
Meski berlimpah kasih sayang serta materi, Ranti masih saja terlihat kurus dan pemalu. Sahabat yang paling disukainya hanyalah kucing anggora kesayangan. Tak jarang Ranti bersepeda sambil membawa kucingnya di dalam Pet's bag nya.Â
Aku menghela nafas. Semoga mataharimu terus bersinar cerah yaa, Nak.
Ayra Amirah, Samber 2021 hari 19, Samber THR 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H