Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Anak Perlu Belajar Puasa, Bukan karena Prestise untuk Ayah Bunda

2 Mei 2021   23:13 Diperbarui: 2 Mei 2021   23:35 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, bayi berusia dua puluh lima hari itu telah diadopsi. Persis rencana mereka di masa lalu.

Ranti merupakan bayi terlantar yang ditinggalkan ibunya. Ia dititipkan pada lansia kenalan sang ibu. Sementara ayahnya entah lelaki yang mana. Menyandang status janda beranak dua, sang ibu kandung justru senang bermain api.

Bayi Ranti pun tumbuh besar. Tak terasa sudah enam tahun usianya. Ia hidup berlimpah cinta dan fasilitas. Pakaian yang bagus, makanan enak setiap hari, perhiasan emas, apalah lagi sekedar mainan mahal.

Tapi tampaknya ada yang salah. Ranti jauh lebih menyedihkan dibanding teman-teman sekolahnya. Tubuhnya kurus, serta raut wajahnya tak bersemangat.

Meski begitu, Ranti sangat hormat dan sayang pada ibu angkat. Ia paling takut sang ibu merajuk. Tanpa ia sadari dirinya hanyalah anak adopsi.

Di suatu bulan ramadhan, saat Ranti masih berusia enam tahun, gadis tak berdosa ini tampak begitu tak bergairah. Matanya sayu dan pipinya tirus. Ada bayang-bayang hitam di bawah matanya.

"Ranti habis sakit beberapa hari. Dia kecapaian berpuasa. Disuruh off dulu puasanya, Ranti ngga mau..."

Aku terperangah. Sakit?

Aku teringat sulungku yang hanya terpaut beberapa bulan dengannya. 

Sulungku juga berpuasa, tapi hanya sampai waktu zuhur. Selanjutnya ia bebas makan apa saja untuk memenuhi nutrisi pertumbuhannya.

"Padahal ayahnya sudah bilang, permainan kasir tetap dibeli (saat itu seharga Rp 500.000). Nggak usah dipaksain puasanya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun