Adalah maut, yang tak bisa dicegah.
Saat itu kakaknya keluar dari apotik menebus obat untuk Irish. Saksi mata mengatakan Susan terburu-buru menyeberang jalan menuju swalayan di seberang jalan. Bertepatan sebuah motor melesat seperti kilat. Kakaknya terlambat menghindar dan terlempar jauh.
Wanita itu menutup telinganya. Tak mau mendengarkan apa-apa lagi. Tinggal tangisnya berderai-derai di depan ruang ICU. Sampai seorang dokter laki-laki menyampaikan berita.
Jenifer masih tergugu di bawah pohon Kamboja yang menaunginya. Sepasang matanya begitu sembab. Pipinya memancarkan rona merah, pertanda emosinya belum stabil.
**
Ini adalah tahun kedua hubungannya dengan Roy. Istri lelaki itu kini sudah mengetahui siapa selingkuhan suaminya. Roy yang mengatakannya. Akhirnya semua ini memang tak bisa disembunyikan.
Jenifer sedikit pun tak takut dihujat. Sebutan pelakor baginya hanya angin lalu. Anak gadis lelaki itu sempat mencaci-maki habis dirinya di instagram. Wanita itu tak ambil pusing. Semua pasti akan terjadi.
Atau wajah sinis tetangga setiap kali mobilnya melewati jalan komplek. Seakan dirinya lebih hina dari pencuri mobil. Padahal dulu saat suaminya masih ada, para tetangga dengan senang hati menyapanya saat berjalan pagi bersama Irish.
Juga bukan masalah ini, yang membuat Jenifer terusik. Harga diri hanyalah istilah dalam kamus bahasa, tapi tidak ada di otaknya.
Seharusnya Roy menemuinya malam ini. Dengan sebuket bunga ungu yang disukainya dan sebuah kecupan.
Bulan lalu mereka pernah merencanakan menandai hari anniversary dengan pergi ke Raja Ampat. Memotong kue cokelat sambil menikmati pemandangan bawah lautnya yang dahsyat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!