Sebenarnya, awal tahun 2021 membawa kabar gembira untuk saya. Akun saya berhasil validasi oleh Kompasiana, setelah sempat beberapa kali ditolak karena belum melengkapi link media sosial. Tapi sayang, kegembiraan itu tidak berlangsung lama.
Tadinya saya membuat tulisan untuk mengisi kanal fiksi. Tapi di hari ketiga bulan Januari, saya mengambil keputusan: ya, saya akan ikut event sebagai media belajar saya. Dengannya saya menantang diri sendiri, apakah saya mampu mengikuti event menulis maraton selama tiga belas hari yang berakhir di tanggal enam belas Januari.
Hari demi hari, berlalu dengan rasa antusias. Sejumlah tema harus saya tulis tentunya menurut mekanisme. Artinya, bagian yang saya tak kuasai, harus saya lahap juga. Menulis tak boleh bolong. Satu hari untuk satu tema.
Inilah pelajaran yang saya dapat
Suatu saat saya menulis artikel mengenai kelompok musik asal Korea yang diperkirakan akan naik daun di tahun 2021. Karena tema tersebut bukan opini semata, melainkan harus didasari track record kelompok musik yang bersangkutan, saya pun mengambil bahan dari beberapa situs berita hiburan.Â
Tanpa saya sadari, saya menyisipkan sebaris kalimat salah satu personil dalam bentuk kutipan.Â
Ough, ternyata kutipan itu dilarang!Â
Saya benar-benar tak tahu karena luput membaca FAQ yang berakibat tulisan tersebut dihapus oleh admin Kompasiana.
Jadilah Kompasianer dengan ingatan yang baik
Bisa dibilang, selama dua tahun terakhir saya menjadi pelupa akut. Jika kaum lansia mengalami gejala pikun karena faktor U, rasanya rumus ini tak cocok untuk saya karena saya belum setua itu.Â