Aku tak pernah berusaha mengeja namamu, apalagi mencoba menitipkan seulas rindu.
Aku bahagia di sini, tanpa terbunuh sepi.
Tapi air mataku tak bekerja sama. Ia jatuh berkali-kali.Â
Seorang lelaki menyungging senyum, tak pernah mencoba membodohiku dengan kata cinta yang dusta.Â
Tak pernah berpura-pura sopan, dan tak pernah meninggikan suaranya untuk sesuatu yang tak boleh kuganggu.
Belasan tahun benar-benar berlalu.
Aku dan engkau tak saling mengirim kabar. Tak saling mengintip sosial media, atau bertanya pada angin nan lalu.
Aku sudah meninggalkanmu, dan mengubur setiap kenangan dalam lapisan kabut putih. Nun jauh di sana, dalam kesunyian.
Kuseka air mata tak berharga ini.Â
"Mengapa kau harus pergi?"
"Apakah ada laki-laki lain?"