Mohon tunggu...
Ayda Farichatul Laila
Ayda Farichatul Laila Mohon Tunggu... -

Hidup dan nasib, bisa kelihatan misterius,fantastis,berantakan,sparadis. setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ibu adalah Pendidik yang Ikhlas

7 Juli 2015   13:42 Diperbarui: 7 Juli 2015   13:42 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ikhlas Menjadi Ibu

Mari kita merefleksikan kehidupan yang menjadi campur tanagan dan tanggung jawab seorang ibu. Selama sembilan bulan sepuluh hari, ibu mengandug janin bayi dengan ikhlas, dengan belaian kasih sayangnya. Bayi terlahir dari rahim ibu adalah berkat perjuangan, antara hidup dan mati dipertaruhkan. Bayi mungil yang tidak berdaya itu dapat tumbuh dan berkebang secara normal, berkat kekuatan batin dan raga seorang ibu.

Siang dan malam seorang ibu tidak pernah kenal lelah, dan tidak putus asa dalam merawat dan membesarkan anak-ananknya. Karya terbesar bagi ibu dan hal ini sangat membanggakan, kalau seorang ibu dapat mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang patuh dan berbakti kepadanya.

Dalam perjuangan hidup, rata-rata ibu rumah tangga menggunakan daya intelektual, emosional dan spiritual yang sangat tinggi. Ibu yang mempunyai anak bayi, mulai dari malam sampai fajar menyingsing sudah bangun, ngurus bayi yang ngompol (kencing) dan e-ek (buang air besar). Selain itu pagi hari, masih ada kegiatan mencuci piring dan pakaian, menyapu dan  ngepel lantai, memasak untuk makan pagi dan sejenisnya. Siang dan sore  menyiapkan makan untuk anak dan suaminya dengan menu yang berbeda. Bahkan malam menidurkan anak bayinya dan setelah itu membangunkan suaminya. Begitu seterusnya setiap hari secara rutin.

Dan hal tersebut harus diakui, bahwa mengurus rumah tangga lebih jlimet, dibandingkan urusan pekerjaan kantor. Seorang suami yang bijaksana, harus menghargai betapa hebatnya seorang istri menjadi figur sentral tanpa tanding dalam mrngstur rumah tangga. (Aydandelion)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun