Ikhlas Menjadi Ibu
Mari kita merefleksikan kehidupan yang menjadi campur tanagan dan tanggung jawab seorang ibu. Selama sembilan bulan sepuluh hari, ibu mengandug janin bayi dengan ikhlas, dengan belaian kasih sayangnya. Bayi terlahir dari rahim ibu adalah berkat perjuangan, antara hidup dan mati dipertaruhkan. Bayi mungil yang tidak berdaya itu dapat tumbuh dan berkebang secara normal, berkat kekuatan batin dan raga seorang ibu.
Siang dan malam seorang ibu tidak pernah kenal lelah, dan tidak putus asa dalam merawat dan membesarkan anak-ananknya. Karya terbesar bagi ibu dan hal ini sangat membanggakan, kalau seorang ibu dapat mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang patuh dan berbakti kepadanya.
Dalam perjuangan hidup, rata-rata ibu rumah tangga menggunakan daya intelektual, emosional dan spiritual yang sangat tinggi. Ibu yang mempunyai anak bayi, mulai dari malam sampai fajar menyingsing sudah bangun, ngurus bayi yang ngompol (kencing) dan e-ek (buang air besar). Selain itu pagi hari, masih ada kegiatan mencuci piring dan pakaian, menyapu dan ngepel lantai, memasak untuk makan pagi dan sejenisnya. Siang dan sore menyiapkan makan untuk anak dan suaminya dengan menu yang berbeda. Bahkan malam menidurkan anak bayinya dan setelah itu membangunkan suaminya. Begitu seterusnya setiap hari secara rutin.
Dan hal tersebut harus diakui, bahwa mengurus rumah tangga lebih jlimet, dibandingkan urusan pekerjaan kantor. Seorang suami yang bijaksana, harus menghargai betapa hebatnya seorang istri menjadi figur sentral tanpa tanding dalam mrngstur rumah tangga. (Aydandelion)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H