Tapi respons bidan malah tetap tenang sambil berkata "this is excellent, you're great, just a little bit more and you push when you ready".
Saya cuma bisa mangut-mangut saja sambil mengiyakan si bidan bahwa tinggal sedikit lagi. Istri pun merasakan ada sesuatu yang mengganjal, tapi masa iya saya mau bilang bayi nya lagi parkir di bawah.
Dan kontraksi ke tiga pun di mulai dan jos si bayi keluar sempurna langsung di tempel ke ibunya untuk IMD.
Di UK pasangan ditawari untuk memotong tali pusar bayi, sedangkan hal ini tidak ditawari di Indonesia. Ya saya terima lah tawaran itu, kapan lagi bisa motong tali pusar anak saya sendiri, persis rasanya kaya motong daging sih.
Tapi ternyata perjuangan belum berakhir, karena masih ada proses berikut yaitu menjahit jalan lahir. Waktu anak pertama proses ini seakan minor dan istri saya tidak terlalu merasa sakit, cuma perih-perih kelu saja. Tapi yang kedua, bener-bener pol. Kalau bagian yang sobek cuma di liang rahim bagian bawah, bidan dapat menjahitnya. Tapi berhubung bagian atas juga ada yang sobek terpaksa dokter turun tangan.
Dokter pun memberi bius lokal, tapi sepertinya gak mempan sama istri saya, jadi setiap beberapa kali menjahit, dia selalu memberi bius lokal tersebut sampai pada titik dimana bius lokal sudah tak dapat diberikan dan istri pun masih tetap merasa sakit. Satu-satunya pain killer tersisa cuma gas Entonox yang terus dihirup setiap kali nafas plus madu dan air. Saya pun bertanya ke dokter buat basa-basi saja.
Me: "is it tear up in the upper part?"
Doc: "it's tear on the upper, lower, left and right"
Me: "Are you saying it's everywhere?"
Doc: "Yes"
Pusing pala berbi nyesel saya nanya si dokter. Malah dia menambahkan kalau proses jahit gak bisa selesai di sini, maka harus pindah ke ruang operasi. Yowes saya diam saja lah, berharap bisa selesai segera.