Sehingga tidak perlu terlarut, setiap manusia akan di berikan masalah, itu hal yang manusiawi, tidak perlu bersikap berlebihan seolah hanya diri kita yang diberi masalah. Masalah adalah keniscayaan, dan menyelesaikannya merupakan kewajiban dan sunnahtullah untuk mendewasakan
Memahami bahwa Tuhan Maha Baik
Pandangan mengenai nikmat Tuhan kiranya perlu di perluas dari segala sesuatu yang kita miliki, jangan hanya berfokus pada masalahnya, lihatlah mengenai segala amanah lain yang di dapatkan, fisik, intelegensi, keluarga, harta, kesempatan belajar, lingkungan dll yang kita miliki. Kita memiliki banyak modal untuk menyelesaikan masalah yang hanya segelintir
Berkumpul dengan orang-orang Baik
Senantiasa aktif dan bersinergis dengan orang-orang Baik. Berkumpul dan ikut serta dalam upaya kebaikan, menularkan pemikiran yang baik, dan senantiasa berprilaku produktif juga merupakan langkah yang akan mematikan perasaan terisolasi.Â
Dengan kita berkumpul dengan mereka, kita tidak akan memiliki waktu untuk terlalu memikirkan bahwa diri kita sendiri yang menghadapi masalah, karena mereka juga mengahapi tantangan dan masalah peran mereka, namun mereka mampu bangkit dan menyelesaikannya dengan baik. Setidaknya prilaku dan semangat itupun akan tertularkan pada kita.
MindfullnessÂ
Merupakan sikap menerima pemikiran perasaan yang dirasakan saat ini, serta tidak menghakimi, membesar-besarkan dan tidak menyangkut aspek-aspek yang tidak disukai baik dalam diri ataupun dalam kehidupannya. Sederhanyanya, menerima kenyataaan, hal ini akan membuat respon diri lebih obyektif. Mereka yang memiliki mental yang kurang sehat biasnaya cenderung over identification, yakni terpaku dengan kesalahan dirinya serta mereung secara berlebihan atas keterbatasan yang dimiliki dan kesalahan yang telah di perbuat.
Bernegosiasi dengan keinginan
Salah satu bentuk sikap menerima kenyataan adalah merespon dengan bijak kegagalan yang terjadi. Mengevaluasi dan merencanakan kembali target kedepan. Dalam menentukan target usahakan yang seimbang, tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi, pertimbangkan dengan seksama.Â
Boleh jadi target terlalu tinggi menjadi motivasi, namun kadang kala hal tersebut juga menjadi bahaya bagi mereka yang kurang bisa mengendalikan kecemasan atas kegagalan yang diterimanya. Patokan target yang kurang realistis bisa jadi menjadi salah satu sumber penilaian diri yang kurang baik.
Bernegosiasi dengan keinginan diri, merupakan langkah awal menentukan standart sukses dan gagal. Bernegosiasilah dengan asumsi kemampuan diri dan kondisi yang melingkupi, supaya target yang menjadi ukuran sukses dan gagal kita lebih akurat.
Menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memecahkan
Untuk mendapatkan ukuran yang tepat, generasi muslim layaknya menggunakan ilmu pengetahuan terkait. Bukan hanya untuk mengukur seberapa besar targetnya sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada, namun juga menciptakan inovasi strategi lebih baik supaya pencapaian target lebih optimal. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan potensi kesuksesan kita juga semakin besar.
Dengan kesuksesan tersebut, setidaknya memberikan informasi pada diri kita sendiri, bahwa diri  kita juga bisa melakukan sesuatu dengan baik. Terlebih jika perkerjaan  tersebut adalah pekerjaan yang memiliki nilai manfaat, artinya kita juga akan mendapatkan pengalaman bahwa diri kita pernah memberikan manfaat. Dengan demikian, penghukuman diri secara berlebihan juga bisa di tolak dan kesehatan mental kita juga akan terjaga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI