Mohon tunggu...
Ayah Yahya
Ayah Yahya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ekonomi Kerakyatan dan Revolusi Mental, Nasibmu Kini...

15 Juli 2018   11:17 Diperbarui: 23 Juli 2018   13:52 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Revolusi mental yang diperlukan untuk menjadikan masyarakat menjadi pribadi aktivasionis, tidak hanya menunggu peluang, tapi menciptakan peluang, berdaya saing , siap berkompetisi, dan tangguh ditengah globalisasi.

Dengan penekanan pada ekonomi rakyat. Infrastruktur akan kembali pada paradigma infrastuktur sebagai sarana umum yang dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh rakyat. Sarana umum yang menjadi pemacu untuk tumbuhnya usaha-usaha baru di sepanjang pembangunan sarana, entah jalan, pusat kota, dsb. 

Hal yang tak mungkin terwujud pada ekonomi kapitalis karena lebih menghendaki sarana berbayar seperti halnya jalan tol yang lebih beorientasi pada keuntungan pemodal atas nama efektifitas waktu atau kenyamanan sebagian golongan.

Selain dari narasi di atas, ekonomi kerakyatan memiliki kelebihan yang utama. Ketahanannya terhadap krisis. Rakyat sebagai pemilik otoritas ekonomi, tidak terikat pada tekanan ekonomi global, maka guncangan di luar tidak akan berefek pada roda ekonomi rakyat. 

Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi sebenarnya,  ekonomi yang memakmurkan manusia dan alam, ekonomi yang tidak didasarkan pada parameter perbankan atau permainan para spekulan, minim bahkan nihil utang, memiliki aset riil yang bukan hanya ilusi kemakmuran berupa angka di layar komputer.

 Jika benar ekonomi kerakyatan dijalankan, revolusi mental dijalankan dengan sewajarnya, niscaya ekonomi akan meroket dengan nyata. Namun, jika pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi belum juga meroket, barangkali ada hal yang kurang tepat dalam menerapkan ekonomi kerakyatan dan revolusi mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun