Aku marah? Tidak. Cemburu? Sedikit. Juga takada hakku untuk cemburu. Aku hanya berusaha menghibur diri dengan menikmati perasaanku yang aku sendiri sulit mendefinisikan.
Sinting? Edan? Kalau ada yang tahu mungkin akan mengatakan begitu. Untunglah aku tak pernah bercerita kepada siapa pun. Kupendam sendiri.
***
Akhirnya sampai juga pengumuman kelulusan. Semua bergembira. Sebagian berencana akan mewujudkan mimpi-mimpi yang lain. Sebagian lagi mungkin ragu dengan mimpi mereka. Dan, tentu, ada juga takut untuk bermimpi.
Tapi pada saat terakhir itu aku memberanikan diri menghampirimu. Menyatakan cinta? Tidak. Aku hanya ingin kau membubuhkan tanda tangan dan mencoret-coret baju seragamku. Seperti banyak siswa cowok yang lain.
Kurasakan getaran spidol di punggungku.
Merembet pada dadaku. Lama.
Jadi, apa penting bedanya insane dan crazy?
***
Bertahun lalu. Bertahun lalu ...!
Setelah lulus SMA itu aku tidak pernah lagi bertemu denganmu. Lagipula untuk apa? Perasaan-perasaan itu toh hanya pada diriku.
Kini aku sudah tua, tentu sudah berkeluarga. Punya anak, punya cucu. Tapi aku masih mengingatmu.