Kenapa cinta, barangkali di situ letak persoalannya. Baiklah, kuingat ulang peristiwa itu. Sedikit melompat-lompat karena kejadiannya sudah cukup lama.
***
Kita satu kelas.
Ada kegembiraan yang aneh setiap pagi saat melihatmu memasuki kelas. Mendengar suaramu ketika berbincang bersama teman. Juga debar yang asing bila kita berpapasan jalan tak sengaja. Dan khayalan-khayalan yang absurd setiap menjelang aku tidur.
Tak apa. Kunikmati. Juga menikmati gemetar yang tak bisa kukendalikan, saat kita diskusi kelompok. Ini menyenangkan, karena nama kita berdekatan dalam buku daftar absensi. Itu membuat kita selalu dalam satu kelompok belajar. Aku ingat, kau selalu menjadi ketua kelompok.
Aku menikmati diam-diam. Diam-diam juga merasakan kesakitan yang diam-diam. Karena aku tak berani mengungkapkan secara langsung. Bahkan sekadar isyarat.
Ini memang gila.
Makanya aku ingin mempunyai kamus Bahasa Inggris. Kenapa bahasa Inggris, karena ini pelajaran yang sulit kumengerti. Aku ingin menyigi, memindahkan kata-kata dalam kamus, menceracau dengan diksi-diksi yang, tak apa, sedikit kacau.
Dalam kamus mungkin disebut crazy. Atau insane. Atau keduanya. Atau tak terwakili dengan dua kata itu. I love you, itu yang aku mengerti. Barangkali sebenarnya aku juga tak paham saat di mana ungkapan I love you harus diucapkan.
Dan crazy, dan insane, dan I love you, terus berlanjut.
Dan kau, tentu banyak teman cowok menghampirimu. Suatu ketika ada seorang cowok yang selalu bersamamu. Aku menangkap rona kegembiraan pada wajahmu. Cowok itu mencintaimu, mungkin. Kau juga mencintainya, mungkin. Aku mencintaimu, pasti.