Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peniup Terompet Pak Lurah

13 Oktober 2023   18:33 Diperbarui: 13 Oktober 2023   18:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh garten-gg/ Pixabay

"Kita tinggalkan." Suara agak tertahan.

"Kita akan dituduh sebagai kelompok yang tak tahu berterima kasih. Kita seharusnya tenggelam bersama-sama Pak Lurah."

"Tenggelam? Maaf, ya ...! Saya mau beli HP baru, baju baru, juga tiap malam Minggu bisa makan kacang dan beberapa botol minuman. Hahaha!"

"Kamu keterlaluan!"

"Apa salahnya? Segala tuntutan hidup harus disiasati. Untuk saat ini profesi peniup terompet masih sangat dibutuhkan. Dan saya tahu bahwa saya seorang yang cerdik. Hahaha ...!"

"Maksudmu, bagaimana?"

"Pak Lurah tak bisa lagi menjadi gantungan hidup. Kita ini tak ubahnya seperti tentara bayaran. Kesetiaan kita hanya kepada Tuan yang mau membayar. Tak peduli siapa orangnya. Sekalipun kita diminta untuk mendorong Pak Lurah sekarang, lebih cepat masuk jurang."

***

Ruang tunggu sebuah rumah sakit, Oktober 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun