Gerombolan peniup terompet itu masih menimbang-nimbang apa yang akan dilakukan selanjutnya. Mereka bersilang pendapat.
"Kita tetap tegak lurus kepada Pak Lurah." Seseorang bicara.
"Tapi masalahnya Pak Lurah sebentar lagi lengser. Siapa yang membayar kita?" Suara yang lain.
"Kita dukung tiga calon yang ada."
"Betul."
"Setuju."
"Saya dukung Pak Slamet."
"Aku memilih Mas Gandung. Rambutnya putih, itu tanda orang bijaksana."
"Saya tetap berpihak pada Pak Kasihan. Saya kasihan karena Pak Kasihan beberapa kali kali gagal dalam pemilihan lurah."
"Bagaimana dengan Pak Lurah yang sekarang?" seseorang bertanya.
Semuanya mendadak terdiam. Saling pandang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!