Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Honor Cerpen "Disunat", Ini Pengalamanku

9 Maret 2021   20:25 Diperbarui: 9 Maret 2021   21:25 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

Amplop nggak aku periksa dulu, Ri. Aku kan orang Indonesia, Ri. Kayak apa aja, amplop langsung dibuka. Malu. 

Di tengah jalan, amplop aku buka. Samber gledek! Uang di dalam amplop cuma lima belas ribu. Aku yakin uang itu nggak jatuh. Mau balik lagi, apa mereka nanti percaya? 

Aduh, Ri, gondok-nya tuh di sini ( sentuh dadamu lagi, Ri ). Tega-teganya orang majalah itu ngadalin remaja seperti aku. Aku pikir orang-orang yang bekerja di bidang pers itu makhluk-makhluk yang idealis, jujur. Nggak tahunya podho wae  dengan oknum birokrat pemerintah lainnya. 

Sekarang majalah itu dan media yang satu grup dengannya sudah nggak kelihatan. 

Itulah, Ri, sekelumit kisahku. Jangan bilang siapa-siapa, ya, Ri. 

***

Lebakwana, Maret 2021. 

Catatan. 

Ngadalin = Bahasa slang Jakarta, yang berarti membohongi, menipu. Asal dari kata 'kadal'. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun