Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Ibu yang Ingin Membunuh Anak-anaknya

3 November 2020   20:18 Diperbarui: 3 November 2020   20:44 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Presistence of memory oleh Salvador  Dali. Gambar diambil dari Wikiart.org. 

"Saya mengerti."

Kemudian si Ibu disuruh masuk ke sebuah alat berbentuk tabung. Tak lama terdengar suara gemuruh, cahaya yang menyilaukan. Si Ibu merasakan tubuhnya seperti terlontar dengan kecepatan sangat tinggi. Juga rasa sakit. 

Si Ibu terhenyak. Tubuhnya berkeringat. Ia mendapati dirinya sedang berbaring di sebuah ranjang, menunggu proses kelahiran anaknya yang pertama. Apakah ini mimpi? Dan si Ibu melihat tubuhnya jauh lebih muda. 

Ia merasakan ruangan seperti berputar. Kesibukan bidan, bau obat-obatan, dan, tangis bayi?

Ada bayi di sampingnya. Jadi benar ini anaknya, yang setelah dewasa nanti tak memperdulikan dirinya? Si Ibu memegang leher bayi itu. Sekali tekan...! 

"Wajahnya mirip denganmu," satu suara, serasa dikenalnya. Suaminya? "Hampir sepuluh tahun kita mendambakan anak, baru kini dikabulkan Tuhan. Apa nama anak kita nanti?" 


Si Ibu terkejut. Sepuluh tahun? Ya, kini ia baru ingat, hampir sepuluh tahun ia berusaha berbagai macam pengobatan, agar ia mempunyai anak. Setelah dapat kini ia akan membunuhnya?

Si Ibu gemetar, menangis, menciumi bayinya. Bagaimana kalau kalau tadi benar-benar terjadi. Tubuhnya basah dengan keringat. 

***

Si Ibu mengelap keringat di wajahnya. Ia kembali ke waktu kini. 

"Bagaimana? Dapatkah Ibu mencegah kelahiran anak-anak Ibu?" tanya Profesor Joko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun