Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Ibu yang Ingin Membunuh Anak-anaknya

3 November 2020   20:18 Diperbarui: 3 November 2020   20:44 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Presistence of memory oleh Salvador  Dali. Gambar diambil dari Wikiart.org. 

Pernah suatu ketika saat saya pulang malam, saya terkejut, anak-anak belum tidur. Berlima mereka duduk di muka pintu, menunggu dengan cemas kedatangan saya. Begitu melihat saya, mereka berhamburan menyambut, memeluk, menangis,  "Ibu jangan pergi, Ibu jangan pergi...!" 

Saya terharu. 

Tapi kemudian setelah mereka dewasa dan berkeluarga, saya merasa tersisihkan. Saya seperti benda antik, antara berguna dan tak berguna. 

Saya sedih sekali. 

Apakah saya salah bila menginginkan mereka seperti dulu lagi? Ingin anak saya yang nomer dua mengajuk minta dibuatkan makanan kesukaannya, ingin si bungsu mendengarkan dongeng, atau mereka berlima duduk mendengarkan cerita tentang ayah mereka. "Bosan. Cerita Ibu dari dulu itu-itu saja." Pernah secara tak sengaja anak saya nomer empat berkata begitu. 

Rasanya saya tak diperlukan lagi oleh mereka. Saya merasa menyesal telah melahirkan mereka. Makanya apakah salah kalau saya tak menginginkan kehadiran mereka di dunia? 

***

"Sebenarnya proyek saya sudah berjalan lebih lima tahun, dan sekarang mendekati tahap akhir. Datanglah tiga bulan lagi," ujar Profesor Joko. 

***

Ibu itu datang. 

"Saya tidak tahu, apakah alat ini cukup efektif atau tidak. Kalau nanti ada sesuatu yang terjadi pada Ibu, saya tak bertanggung jawab," Profesor Joko mengingatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun