Pernah suatu ketika saat saya pulang malam, saya terkejut, anak-anak belum tidur. Berlima mereka duduk di muka pintu, menunggu dengan cemas kedatangan saya. Begitu melihat saya, mereka berhamburan menyambut, memeluk, menangis, Â "Ibu jangan pergi, Ibu jangan pergi...!"Â
Saya terharu.Â
Tapi kemudian setelah mereka dewasa dan berkeluarga, saya merasa tersisihkan. Saya seperti benda antik, antara berguna dan tak berguna.Â
Saya sedih sekali.Â
Apakah saya salah bila menginginkan mereka seperti dulu lagi? Ingin anak saya yang nomer dua mengajuk minta dibuatkan makanan kesukaannya, ingin si bungsu mendengarkan dongeng, atau mereka berlima duduk mendengarkan cerita tentang ayah mereka. "Bosan. Cerita Ibu dari dulu itu-itu saja." Pernah secara tak sengaja anak saya nomer empat berkata begitu.Â
Rasanya saya tak diperlukan lagi oleh mereka. Saya merasa menyesal telah melahirkan mereka. Makanya apakah salah kalau saya tak menginginkan kehadiran mereka di dunia?Â
***
"Sebenarnya proyek saya sudah berjalan lebih lima tahun, dan sekarang mendekati tahap akhir. Datanglah tiga bulan lagi," ujar Profesor Joko.Â
***
Ibu itu datang.Â
"Saya tidak tahu, apakah alat ini cukup efektif atau tidak. Kalau nanti ada sesuatu yang terjadi pada Ibu, saya tak bertanggung jawab," Profesor Joko mengingatkan.Â