"Emak rasa, kalau ini dijual sudah cukup untuk membiayai kuliahmu, paling tidak hingga dua tahun," kata emaknya.Â
Dina meraba perhiasan itu. Kemudian terlihat tangannya gemetar. Dina mengginggit bibirnya, menahan-nahan perasaannya. Mata Dina basah, dan memeluk emaknya. "Terima kasih, Mak," Â katanya lirih.Â
***
Dina pulang menjelang sore, tapi wajahnya terlihat kurang gembira.Â
"Kenapa? Kamu sudah daftar, 'kan?" tanya emaknya.Â
"Anu, Mak," Dina ragu. "Udah tutup, nggak tahunya pendaftaran udah tutup," lanjut Dina lagi.Â
"Tutup? Lho, katanya penutupannya tanggal dua tujuh? Sekarang 'kan baru tanggal dua puluh?"
"Iya. Dina salah lihat. Penutupannya ternyata tanggal tujuh belas kemarin."
"Jadi...?"
"Maafin Dina, ya Mak?"
Emaknya tak menjawab. Hanya terlihat menghembuskan napas. Dina tak tahu apa yang ada dalam pikiran emaknya. Beberapa saat mereka terdiam.Â