"Mikir, mikir! Masak buruh tani mimpi bertemu Presiden. Saya saja jadi camat sudah belasan tahun belum pernah mimpi bertemu Presiden. Kalau sampeyan mimpi digigit ular, kecebur kali, atau digertak rentenir, itu baru cocok. Ini..., sudah sana pulang. Jangan cerita yang aneh-aneh lagi. "
***
Tapi, tidak.Â
Pemanggilan Surakyat oleh Pak Camat, justru cerita makin meluas. Orang-orang penasaran ingin tahu. Cerita mengalir ke kabupaten, kemudian menembus provinsi.Â
Gubernur tak nyaman, ia memarahi Bupati. Bupati gusar, ia menunjuk-nunjuk Camat. Camat meradang, ia menggebrak meja di hadapan Lurah Slamet. Lurah Slamet pun bertolak pinggang seraya membaca daftar nama-nama binatang di hadapan Surakyat.Â
"Menyebar! Cerita sudah menyebar, seluruh provinsi sudah tahu. Ini gara-gara sampeyan."
"Saya, Pak. Kalau Pak Lurah nggak nglapor ke Pak Camat, mungkin...!"
"Berani sampeyan membantah pejabat negara, hah?!"
Surakyat tak berani mengangkat mukanya.Â
"Mulai sekarang jangan cerita-cerita lagi soal mimpi itu. Cabut cerita itu. Bilang ke seluruh penduduk desa, bahwa mimpi itu tidak ada, tidak pernah ada! Mengerti sampeyan?"
"Saya, Pak."