Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pangeran Kodok

7 Desember 2024   19:28 Diperbarui: 7 Desember 2024   20:17 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Zaman dahulu kala, tapi belum terlalu dahulu, ada seorang putri yang #cantik. Semua orang mencintainya (atau lebih tepatnya, semua orang mengikutinya) karena dia #beyourself #makeup #livelovelaugh #realme #folbek, dan lebih dari itu bagi banyak orang. Namun, yang terpenting, dia #keren.

Suatu hari, sang Putri memberanikan diri untuk mencari lokasi untuk membuat konten tanpa henti. Sinar matahari lembut (sempurna untuk sesi pemotretan!) jadi dia mengangkat ponselnya, mengambil foto #nofilter #selfie yang menawan. Tidak diragukan lagi banwa sang Putri cantik. Bahkan, dia sangat cantik dalam foto ini. Tapi karena #miring begitu miring, maka dia kehilangan kekuatan genggamannya! Ponsel jatuh dari tangannya, langsung jatuh ke dalam genangan air sisa hujan semalam.

#splash

Jantungnya berdebar kencang. Tidak ada lagi foto. Tidak ada lagi komentar. Tidak ada lagi suka berupa hati. Dan pastinya tidak ada lagi tagar!

Tragedi! Bencana!

Seluruh kisah hidupnya lenyap dalam sekejap. Dia perlu memposting tentang ini, secepatnya. Dia butuh foto untuk menunjukkan kepada seluruh dunia betapa parah kejadian ini. Tangannya meraih sakunya, mencari benda pipih persegi yang akrab itu. Namun, kantongnya kosong. Ponsel yang dicarinya ada di sana, di genangan air becek tak ada ojek.

Dia mengambilnya. Layarnya berkedip, bersinar, tetapi mogok untuk bekerjasama.

Sang Putri duduk dan menangis.

"Ini sangat tidak adil! Ya Tuhan, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan ponselku kembali menyala normal."

Seorang polisi muncul dari balik bahunya.

"Bawa ke sana," katanya, menunjuk ke neon sign yang berkedip di seberang jalan

Kami memperbaiki ponsel!

***

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Toko itu berbau apek. Lampu yang redup menghasilkan sinar kuning  pucat (tidak bagus untuk swafoto), dan seekor kodok jelek duduk jongkok di konter. Mukanya pucat dengan rambut berminyak. Dia mengenakan kaus hitam dan kacamata bingkai plastik murah.

Kodok itu menatapnya dengan heran.

"Bukankah kamu sang Putri?"

Dia mengulurkan ponselnya, berusaha untuk tidak melihat Kodok.

"Bisakah kamu perbaiki ini? Pliiis?"

"Mungkin. Tapi apa yang akan kamu berikan padaku sebagai bayarannya?"

"Apa saja! Perbaiki saja, cepat."

"Selfie?"

"Oke."

"Dan ciuman?"

"Apa saja!" kata sang Putri. Namun di balik punggungnya, dia menyilangkan jari-jarinya sebagai tanda dia bohong.

Si Katak mengambil telepon genggamnya dengan jari-jari mungilnya. Dengan obeng ajaib dan tang ajaib, ia membukanya, sambil menggumamkan mantra pelan-pelan. Tak lama kemudian telepon itu bersinar terang, seperti #baru.

"Ya Tuhan!" desah sang Putri.

"Sekarang giliranku menerima bayaran," kata si Katak.

Sang Putri meringis melihat wajah kodok yang berkeringat. Pakaiannya yang tak punya bentuk.

#idih.

Dia menyambar telepon genggam itu dan berlari dari toko, melompat ke jalan dan langsung menabrak Polisi.

"Mengapa kau lari, gadis kecil?" tanya Polisi.

Si Kodok datang dengan napas terengah-engah.

"Dia tidak bayar!"

Polisi mengangkat sebelah alisnya.

"Dia ingin aku menciumnya! Agar bisa ada dalam swafotonya!" katanya.

#mustahil

"Kamu berjanji! Kamu bilang kamu akan melakukan apa saja kalau aku memperbaiki ponselmu."

"Benarkah?" tanya Polisi.

"Ya, tapi..." #nofair

Polisi melihat Kodok, lalu sangPutri.

"Kalau kau tidak ingin menciumnya, kau tidak perlu melakukannya," kata Polisi. "Tetapi kalau tidak, maka kau harus membayar jasanya. Apakah itu adil?"

Mereka berdua mengangguk, tetapi Putri memutar matanya. #whatever

"Bagus," kata Polisi. "Berapa biaya yang biasanya kau kenakan untuk memperbaiki ponsel yang basah?"

"Sembilan juta," kata Kodok.

#ohshit

***

Polisi mengangkat ponsel Kodok. "Siap," katanya.

Putri mengernyit dan memejamkan matanya. Ia mengecup pipi Kodok dengan lembut. #jijaybajay

"Nah, sudah selesai," kata Polisi.

Si Katak dengan bersemangat mengambil ponselnya. "Hebat!" jemarinya sudah mengetuk, berbagi, memberi tagar.

Bencana alam berupa gempa 9,1 SR melanda hati sang Putri!

Dia mencium si Kodok dalam swafoto. Kodok mengunggahnya di Instagram agar seluruh dunia melihatnya. Semua orang akan tahu dia bukan #beautyprincess lagi.

Ding! 

Ponselnya bergetar. Kodok menandainya! Dan yang terburuk, komentarnya: Ciuman karena membantu @beutyprincess #beautifulday #newfriend

Putri ingin #matiaja. Dia ingin---

Ding! 

Ponselnya bergetar lagi. Pengikut baru?

Ding. Lagi? Siapa--- 

Ding ding ding ding!

Notifikasi bermunculan, suka dan pengikut membanjiri instagram sang putri.

Tapi bagaimana mungkin? 

Dia menggeser kembali ke foto wajahnya yang mengerut di pipi si Kodok yang berminyak.

359 suka dalam satu menit.

Dia memeriksa profilnya: @pangerankodok_

Dia bukan #betrue #naturalbeauty atau #livelaughlove, dan dia jelas bukan #keren. 

Dia #gamer #comics #cosplay dan dia punya lebih banyak suka dan pengikut daripada yang pernah dia lihat. Dan sekarang para pengikut itu menjadi pengikutnya, like itu akan menjadi #like-nya.

Ding, ding, ding. 

Ponselnya berdering lagi dan lagi. Pengikut, pengikut, pengikut.

Ini adalah hari terhebat dalam kehidupan (media sosial)nya! Dan semua itu karena dia telah #mencium @pangerankodok_.

Cikarang, 7 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun