Akhirnya, aku sampai di departemen yang tepat dan menekan bel. Seorang pria berjas putih, mengenakan kacamata berbingkai emas, datang ke pintu.
"Maaf mengganggu, aku punya titipan untuk Profesor Harisman."
Melihat wajahku yang malu-malu, dia tersenyum ramah.
"Itu aku. Aku tidak tahu mengapa ibuku tidak mengirimkannya melalui paket pos seperti orang lain, tetapi dia agak ... yah, kamu tahu..." Bola matanya berputar.
Membuka amplop itu, dia membuka selembar tulisan kecil dengan simbol-simbol aneh.
"Apa itu?" kataku, terkejut dengan keberanianku.
"Oh, obat-obatan. Katanya itu akan merevolusi produksi obat antikanker."
"Benarkah?" tanyaku penuh harap.
Matanya kembali mengamati resep obat itu.Â
"Mungkin. Terima kasih. Aku sangat menghargai kamu yang membawanya. Ngomong-ngomong, sudah makan siang?"
"Oh, aku ada janji dengan dokter gigi, aku harus pergi."