Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 157: Pencinta dalam Mimpi

4 Agustus 2024   09:42 Diperbarui: 4 Agustus 2024   09:47 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Bangun, tukang molor!"

Mengapa Mahiwal memperlakukanmu seperti ini? 

"Tapi aku ingin menciummu!" teriakmu.

Kamu membuka mata.

Alih-alih wajah Mahiwal yang gagah tampan rupawan penuh pesona dan kasih sayang, kau menatap ... ibu, eh ... mamamu.

Ibu, eh ... mamamu menggelengkan kepala dan bergumam, "Entahlah sampai kapan kamu akan begini terus."

Kamu berbaring dengan putus asa di balik selimut. Seharusnya mimpimu berakhir dengan sempurna, minimal adegan cipika-cipiki selesai sampai sutradara teriak 'Cut!'

Tapi sekarang mimpi itu telah berakhir dan kenyataan menunggu. Dan itu berarti sekolah!

Lebih buruk lagi, ini Senin pagi. Jadi, sekarang waktunya Kalkulus dan Fisika. Hari yang seharusnya memikirkan alasan mengapa kamu tidak mengerjakan pe-er. Lalu, membedah katak-katak kecil yang tidak bersalah di Laboratorium Biologi.

Apakah ada yang hari lebih buruk dari hari Senin?

"Pagi, jelek!" teriak Rifki adikmu, menerobos masuk ke dalam kamarmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun