Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 149: Menerawang Fajar yang Belum Datang

9 Juni 2024   09:02 Diperbarui: 9 Juni 2024   09:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim gugur itu, saat badai petir, kamu mendapat telepon dari polisi: suami mengalami kecelakaan mobil, dibawa ke Rumah Sakit di pusat kota.

Aku bergegas ke sana, tapi tidak terburu-buru. Kamu tahu ini akan terjadi. Kamu sudah tahu sejak pertama kali dia mengajakmu kencan. Dan kamu tahu bahkan jika kamu berkendara secepat hujan turun, kamu tidak akan sampai di sana tepat waktu. Yang akan kamu lihat hanyalah jasad pria yang kamu cintai secukupnya terbujur kaku, memar dan remuk sehingga membuatmu ingin bertukar tempat.

Kamu melihat semua ini.

Tapi ibumu salah.

Kamu bisa mengubah masa depan jika kamu mau--- meskipun hanya dalam hal kecil.

Kamu dapat mengatakan 'ya' kepadanya, dan membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana yang kamu terawang, atau kamu dapat mengatakan 'tidak', dan apa yang baru saja kamu saksikan tidak akan terjadi.

Tidak ada kencan, tidak ada pernikahan, tidak ada duka.

Tidak ada rasa sakit.

Dia masih akan mengalami kematian dini---kamu bisa merasakannya---tetapi kabut waktu terlalu suram untuk menampakkan secara detail.

Kamu tahu bagaimana ini akan berakhir. Tapi mau tidak mau kamu merasa bahagia saat memikirkan dia. Memasak bersamanya, cekikikan sepanjang sore bersamanya, memeluknya, menari bersamanya, bermain game bersamanya, hingga fajar merekah di cakrawala malam ...

Dan setelah dia bertanya padamu dengan suara gemetar kamu menjawab dengan nada yang sama gugupnya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun