Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarang Tawon

27 April 2023   14:59 Diperbarui: 27 April 2023   15:02 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia berbaring di tempat tidur rumah sakit, terdampar dan sembelit kembung. Kulitnya meregang kencang dengan cairan yang menggenang bukannya mengalir di sekitar tubuhnya. Dijepit di punggungnya dengan selang, jarum, dan nozel.

Gagal jantung dan dia sendirian.

Dia berada di ranjang rumah sakit dan dia berada di gudang belakang di rumah. Menghirup oksigen segar melalui penutup hidung, lembut tapi mengganggu, dan merasakan aroma kayu pinus dari loteng. Terakhir kali dia berada di sini, dia menemukan deretan sarang tawon, masing-masing ditelantarkan untuk yang berpindah ke sarang berikutnya, hanya yang terakhir yang ditempati. Hewan-hewan itu mengunyah kayu dari pagar tamannya, melumatkannya di rahang kecil mereka, membuatnya menjadi bubuk kertas, dan meletakkannya, daun demi daun, untuk membangun sarang mereka.

Dia berbaring di tempat tidur rumah sakit dan berbalik ke arah jendela. Mata yang tak terlihat melihat jendela atap di gudang yang hanya menerima sedikit sinar matahari. Dia telah meletakkan kotak itu di sudut tergelap yang bisa dia temukan. Istrinya tidak suka merasuk jauh-jauh ke gudang, takut dengan kegelapan, ruang penyimpanan di lantai dua, tapi bukan bagian darinya. Istrinya melempar barang-barang dari atas tangga, bukan takut jatuh daripada ruang yang penuh panas di bawah kasau yang kaya resin. Dialah yang harus menyusun barang-barang, membuka jalan dari palka untuk masuk dengan benar, mendorong tumpukan barang ke belakang dan ke dinding.

Garis waktu kehidupan satu keluarga, kotak-kotak paling jauh dari palka berisi pakaian bayi dan seprai. Yang lebih dekat, buku sekolah yang dibuang dan konsol game yang ketinggalan laju peradaban.

Dia berada di ranjang rumah sakit, gagal jantung dan sendirian.

Dia mencoba untuk merasa nyaman, berharap ada seseorang yang merapikan seprai yang kusut masai di bawah tulang belikatnya.

Seorang lelaki dengan dua istri, sekarat sendirian.

Salah satu istrinya tidak ada di sini karena tidak tahu. Istrinya yang jauh mengira dia sedang dalam perjalanan bisnis, karena itulah yang dia katakan padanya, ketika dia bersama istrinya yang lain.

Tidak ada yang tahu tentang yang lain. Dua istri dari pernikahan serentak tak berurutan. Dia telah menjadi kurus, jantungnya berkerja keras, untuk menjadi suami dua kali lipat. Bagai dua nyawa membebani satu di atas yang lain, jantungnya mengembang, meregang, hingga lebih dari yang bisa ditampung di dadanya.

Dia berbaring di tempat tidur rumah sakit dan dia berada di gudangnya, menyelipkan kotak itu erat-erat di atas rak yang menjulang ke plafon. Kotak dengan buku nikah dengan istri keduanya (lebih tepat surat perjanjian nikah, tidak dalam hukum) dan akta kelahiran untuk anak-anak mereka (dalam segala hal), akta kredit dan detail rekening bank dan semua yang diperlukan istrinya ketika dia mati. Dia berharap tawon tidak melumatkannya untuk bahan bangunan sarang mereka.

Dia berada di tempat tidur rumah sakit, berkeringat di seprai semiplastik, kembung dengan beban pikiran dan sekarat, dan dia mendengar pintu terbuka.

"Aku ingin kamu mengambil sesuatu di gudang," katanya pada istrinya.

Cikarang, 27 April 2023 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun