Dia berbaring di tempat tidur rumah sakit, terdampar dan sembelit kembung. Kulitnya meregang kencang dengan cairan yang menggenang bukannya mengalir di sekitar tubuhnya. Dijepit di punggungnya dengan selang, jarum, dan nozel.
Gagal jantung dan dia sendirian.
Dia berada di ranjang rumah sakit dan dia berada di gudang belakang di rumah. Menghirup oksigen segar melalui penutup hidung, lembut tapi mengganggu, dan merasakan aroma kayu pinus dari loteng. Terakhir kali dia berada di sini, dia menemukan deretan sarang tawon, masing-masing ditelantarkan untuk yang berpindah ke sarang berikutnya, hanya yang terakhir yang ditempati. Hewan-hewan itu mengunyah kayu dari pagar tamannya, melumatkannya di rahang kecil mereka, membuatnya menjadi bubuk kertas, dan meletakkannya, daun demi daun, untuk membangun sarang mereka.
Dia berbaring di tempat tidur rumah sakit dan berbalik ke arah jendela. Mata yang tak terlihat melihat jendela atap di gudang yang hanya menerima sedikit sinar matahari. Dia telah meletakkan kotak itu di sudut tergelap yang bisa dia temukan. Istrinya tidak suka merasuk jauh-jauh ke gudang, takut dengan kegelapan, ruang penyimpanan di lantai dua, tapi bukan bagian darinya. Istrinya melempar barang-barang dari atas tangga, bukan takut jatuh daripada ruang yang penuh panas di bawah kasau yang kaya resin. Dialah yang harus menyusun barang-barang, membuka jalan dari palka untuk masuk dengan benar, mendorong tumpukan barang ke belakang dan ke dinding.
Garis waktu kehidupan satu keluarga, kotak-kotak paling jauh dari palka berisi pakaian bayi dan seprai. Yang lebih dekat, buku sekolah yang dibuang dan konsol game yang ketinggalan laju peradaban.
Dia berada di ranjang rumah sakit, gagal jantung dan sendirian.
Dia mencoba untuk merasa nyaman, berharap ada seseorang yang merapikan seprai yang kusut masai di bawah tulang belikatnya.
Seorang lelaki dengan dua istri, sekarat sendirian.
Salah satu istrinya tidak ada di sini karena tidak tahu. Istrinya yang jauh mengira dia sedang dalam perjalanan bisnis, karena itulah yang dia katakan padanya, ketika dia bersama istrinya yang lain.
Tidak ada yang tahu tentang yang lain. Dua istri dari pernikahan serentak tak berurutan. Dia telah menjadi kurus, jantungnya berkerja keras, untuk menjadi suami dua kali lipat. Bagai dua nyawa membebani satu di atas yang lain, jantungnya mengembang, meregang, hingga lebih dari yang bisa ditampung di dadanya.