"Kee[i]Â harus tanggung jawab bilang ke bapaknya," kata Bulbul.
 "Sama-sama kita ngomong, jangan aku aja," protes Peyi.
 "Tapi kan kee yang ajak kami ke sini?"
 Sebelum pertengkaran berlanjut makin rame, sebentuk kelapa, eh, kepala menyembul ke permukaan tak jauh dari mereka.
 Dowes melambai tangan. "Kawan-kawan! Enak berenang di sini!" teriaknya.
 "Dasar kam...!" Peyi nyaris mengucapkan nama hewan mirip tikus tapi bisa terbang. Untung dia ingat kalau masih puasa.
 Mereka bolak-balik menyelam timbul tenggelam untuk meraup keong patarana yang dalam bahasa Aceh disebut ciput cu. Orang-orang yang berlalu lalang melintas jembatan melihat mereka sambil geleng-geleng kepala.
 Akhirnya, masing-masing berhasil mengumpulkan satu kantong plastik kresek besar untuk dibawa pulang. Bersamaan azan Asar, mereka sudah sampai di rumah masing-masing. Entah puasanya masih sah atau tidak. Yang jelas Dowes sudah terteguk air muara yang rada-rada payau.
 ***
 "Dari mana?" tanya Ibu pada Mahiwal.
 "Ini, Bu," jawab Mahiwal sambil menyerahkan kantong plastik kresek.