"Jadi kamu sedang jatuh cinta. Ini sudah jamak terjadi dari waktu ke waktu, begitu kisah-kisah yang kutahu."
"Kamu tahu tentang sumpahku di pengadilan, pertunanganku di Gelegata Hulu. Aku tidak bebas untuk mencintai orang itu."
"Masalah yang pelik." Hulubalang meletakkan pisau dan cangkirnya untuk memperhatikan rambutnya yang tergerai, kakinya yang jenjang berotot, lengkung di punggungnya.
Dia tidak menanyakan nama kekasih misteri itu.
Di lain hari dan waktu mungkin Api Salju menyuarakan nama itu, dan Hulubalang mungkin membalasnya. Namun, mereka tidak pernah memperbincangkannya lebih lanjut, dan keduanya menderita dalam kesunyian yang terpisah jauh.
Jalan mereka bersilangan di pengadilan Pasukan Matahari.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H