"Tuan Handaka Jaya?" dia menyapa dengan ramah. "Nama saya Bripka Toto Herbipirous, Detektif."
Aku mengerutkan kening bingung. "Ada masalah apa, Detektif? Apak tetangga sebelah melaporkan tentang mobil saya yang parkir di depan pintu pagar rumahnya?'
"Tidak ada yang kejam begitu, Pak," jawabnya. Polisi memang rasa humornya rendah. "Ini tentang seorang wanita yang saya yakin Anda kenal, Tuan Handaka. Nona Ranya Vachel."
"Ya, dia teman saya," kataku tampak kaget. "Tidak ada yang sesuatu yang buruk terjadi padanya, kan?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Saya hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan tentang dia." Mata kelabu gelapnya menjelajahi ruangan, dan tba-tiba saja kembali fokus menatapku.
"Anda punya janji dengannya kemarin malam?" Kalimat yang lebih merupakan pernyataan daripada pertanyaan.
"Benar," jawabku dengan kening berkerut. "Jam setengah delapan, di apartemennya. Sayangnya saya tidak bisa datang. Ada rapat dengan redaksi di Palmerah."
"Begitu." Nada suaranya seperti tak yakin. "Jadi, Anda tidak berada di gedung Mediterania Lagoon kemarin malam?"
"Saya sudah mengatakannya kepada Anda, Detektif," jawabku kesal.
"Anda bilang Anda tidak ada di sana sekitar jam tujuh tiga puluh," dia mengoreksi kalimatnya.
"Mari kita perjelas, Detektif. Sejauh yang saya tahu, saya belum pernah berada dalam jarak satu kilometer dari pencakar langit, giya tawang, apartemen mewah---apapun sebutannya---yang bernama Mediterania Lagoon."