Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Para Ksatria Mawar - 10. Rosa Nirvana

26 Maret 2023   12:28 Diperbarui: 26 Maret 2023   13:28 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Apapun alasannya, Nirvana tidak membunuhnya, dan Sancaka tidak menyogoknya. Sebaliknya, Nirvana membawanya ke belakang di atas kudanya dan membawanya ke tabib yang dia kenal di Sungai Bengkok yang membersihkan dan membalut lukanya, mengoleskan serbuk betula pendula dan kulit pohon dedalu untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi.

Ketika Ksatria Rambut Jagung berada di bawah perlindungan Rosa Nirvana selama lebih dari dua minggu, delegasi dari Pasukan Matahari tiba di Kota Titik-Lelap di tepi Rimbabulan, membawa bendera putih bersama permintaan jenazah yang tewas dalam pertempuran Gelanggang Pagi baru-baru ini.

Di bagian atas daftar mereka adalah Sancaka Gundala, Pangeran Gelegata Hulu.

"Apakah ini kamu?" Nirvana bertanya, mondar-mandir di gubuk kecil yang mereka tempati bersama sejak Sancaka meninggalkan perawatan tabib.

"Ya."

"Kamu tidak pernah mengirim suratmu."

"Tidak."

Nirvana berhenti di depannya. "Aku harus menemukan cara untuk menyampaikan surat itu atau surat lainnya kepada mereka, sehingga mereka tahu kamu baik-baik saja. Tentara Matahari mengancam akan memasuki Kota Titik-Lelap jika tuntutan tidak dipenuhi."

Maka Ksatria Rambut Jagung menyelesaikan suratnya lalu Ksatria Semburat Mutiara membawanya ke tempat penginapan delegasi dari Kerajaan Gelegata Hulu.

***

Sementara tuntutan mereka sedang ditangani oleh patih Bulan, perwakilan dari Pasukan Matahari telah mengambil penginapan di sebuah wisma di pinggiran kota, yang sering disewa untuk mengunjungi pejabat. Cukup jelas mereka tidak mempercayai keramahan antek-antek Bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun