"Yang aku bilang fakta. Reaksinya adalah reaksi perempuan mana pun yang menemukan mayat di apartemennya," kataku kesal. "Ngomong-ngomong, untuk apa aku membelanya?"
Dia menatapku geli. "Nona Ranya kita adalah gadis yang sangat menarik," katanya. "Aku ingin tahu, apa yang dilakukan Archer di apartemennya?"
"Aku tidak tahu. Yang aku tahu hanyalah Ranya sama terkejutnya denganku ketika menemukan tubuhnya tergeletak di karpet."
"Kau bilang tas Archer tergeletak di lorong. Dan isinya berserakan di sekujur tubuhnya di ruang tamu?'
"Boneka CIna, Katalog lelang, dan kronometer."
"Boneka Cina itu," katanya sambil berpikir, "Apa yang menyebabkan si pembunuh mengeluarkan penyumpalnya?"
"Jelas dia mencari sesuatu yang bisa disembunyikan di dalam boneka itu."
Prima mengangguk. "Apakah ada sesuatu yang istimewa dengan kronometer itu?"
"Secara mekanis sama saja dengan yang lain. Tapi yang ini kelebihannya ada pada ornamen. Diukir dengan indah dan dicat cerah, hal yang bisa saja ditemukan di toko suvenir."
Jari-jariku mencengkeram gagang gelasku. "Banyu Putih sedang membawa kronometer ketika dia tidak sengaja terbunuh, bukan? Apakah miliknya serupa dengan punya Archer?"
"Barusan kau gambarkan menggambarkannya dengan cukup akurat."