Hardi berjalan sampai kakinya pegal dan keningnya basah oleh keringat. Mungkin dia akan bertemu keluarganya lagi. Mungkin mereka bersembunyi seperti yang dia lakukan. Tapi logika mengingatkannya bahwa mereka sudah lama pergi, seperti jutaan orang lainnya yang diusir dari dunia, atau lebih buruk lagi, mereka bisa saja menjadi orang-orang gelap---dia berusaha untuk tidak memikirkan itu. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia benar-benar berharap istri dan putrinya meninggal.
Tapi segera perhatiannya teralihkan dari kakinya yang sakit ke gerakan di pinggir lapangan yang redup. Seorang wanita menari dengan seorang gadis muda memegang tangannya dan bergerak bersama angin sepoi-sepoi yang mengguncang pepohonan.
Itu mereka.
Dia menyaksikan diam-diam ketika mereka berdua berpelukan erat dan tertawa. Dia tersenyum dan mengeluarkan pistolnya dari sarungnya, menempelkan moncongnya di bawah dagu.
Â
Â
Bandung, 7 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H