Saat kembali ke apartemenku dari Shanghai, suara dering telepon terdengar dari tangga naik. Aku buru-buru berlari melompati dua anak tangga sekaligus. Bukannya aku mengharapkan panggilan, hanya saja aku termasuk salah satu dari orang-orang yang penasaran jika telepon berhenti berdering sebelum mengetahui tujuan sang penelepon. Nyaris mendobrak pintu masuk, aku melompat ke meja dan meraih gagang telepon.
"Halo? Handaka Jaya di sini," kataku terengah-engah.
"Sebuah suara wanita yang rendah dan terkendali berkata, "Ini Ranya Vachel. Anda terdengar seperti baru saja lari marathon."
Aku tertawa. "Terlalu banyak merokok. Senang mendengar suaramu lagi. Bagaimana kabarmu? Apakah perjalananmu kembali ke tanah air lancar-lancar saja?"
"Ya, sangat menyenangkan." Aku membayangkannya tersenyum saat dia melanjutkan, "Saya ingin mengundang Anda untuk dinner malam ini. Maaf kalau mendadak, tapi apakah Anda akan datang?"
"Tentu saja. Dengan senang hati."
"Tunangan saya, Yudhi Salim, akan hadir. Dia ingin bertemu dengan Anda."
"Bagus. Jam berapa aku harus datang?"
Dia ragu-ragu. "Setengah delapan tidak apa-apa?"