Sehingga ketika bencana datang, aku melihatnya melalui prisma deburan ombak yang menghanyutkan jauh hingga ke laut.
Dan itu tidak selalu lebih buruk.
Bunyi daun pintu di ketuk.
Dan sesuatu tentang beratnya, cara kepalan tangan menghantam kayu, sudah tidak asing lagi baginya.
"Siapa?" aku bertanya.
Dia menggelengkan kepalanya. Tidak akan mengatakan siapa itu yang ada di sisi lain.
Kemudian ketukan lagi. Lebih keras kali ini. Dan itu memang terasa seperti gelombang. Keterkejutannya, saat bergema di seluruh ruangan.
Dia membawaku kemudian dan menarikku bersama.
"Pergi ke atas dan tetap di sana."
Tangannya mencengkeram bahuku erat-erat mendorongku ke atas.
Aku berhenti di puncak tangga, tidak terlihat, tapi masih dalam jangkauan pendengaran.