Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semoga Beruntung

7 Januari 2023   22:25 Diperbarui: 9 Januari 2023   09:06 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustrasi (Sumber: Tangkapan layar YouTube @Warner Bros. Australia)

Lagi-lagi aku tak tertarik.

Dia meninggalkanku dengan laporan tentang statusku.

Non-denominasi. Kompas moral yang kuat. Kandidat yang sangat tepat untuk departemen Takdir.

***

Ternyata seperti reality show di televisi. Magdalena akan sangat cocok di sini.

Mengamati, menunggu, memutar tombol. Lelaki itu dipecat dari pekerjaannya, Aku memberinya kekasih. Anjingnya mati, dia menemukan uang lima puluh ribu. Kopinya enak.

Suatu hari, aku sedang menonton takdir untuk Assad, lima puluh tujuh tahun. Penggemar steak Abuba dan cerutu Kuba, taman bunga, dan celana korduroi.

"Sudah kubilang anak itu akan menjadi penyebab kematianku."

Switchboard di depanku mulai berkedip. Manajerku datang. 

"Oh wow, dia sedang menguji takdir."

Aku membolak-balik buku petunjuk yang tebalnya dua ribu sembilan ratus empat puluh dua halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun