"Gue nuga nggak tahu," kata Miko. "Mungkin karena kita ada di daerah tropis."
Tiwi meringis saat menerobos jaring yang tebal dan kusut yang tergantung di antara dedaunan dan cabang, seperti hutan angker pada pesta Halloween, mencambuk kulitnya.
"Oke ... aku rasa kita salah arah."
"Kita nggak akan berbalik sekarang," kata Miko.
Tiwi mengangkat bahu. "Aku kan nggak bawa GPS."
Tiba-tiba, ratusan kicauan bernada tinggi terdengar lagi di udara, dan mereka melihat sekeliling.
"Gaes, lihat!" kata Zaki.
Sial. Di sekeliling mereka, tanah telah berubah menjadi kumpulan laba-laba hitam yang menggeliat. Laba-laba telah meninggalkan naungan pepohonan dan kini bekerja sama. Itu hanya bisa berarti satu hal: Mereka menemukan makanan baru, yaitu Tiwi, Miko dan Zaki.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H