Sesuatu bergerak di semak-semak yang menjulang tinggi. Daun merah marun berbintik-bintik dengan belahan hijau, mengungkapkan apa yang tersembunyi di baliknya. Laba-laba seukuran bola pantai, bahkan lebih besar dari yang dilukai Tiwi, merangkak di pohon tepat di depannya. Sambil memegang tongkat, Tiwi berputar perlahan. Laba-laba sekarang merangkak di setiap pohon di sekitar mereka. Sebuah getaran menjalari tulang punggungnya.
"Apa yang--" Mulut Zaki melongo.
Tatapan Miko liar melesat ke mana-mana.
Tiwi mencengkeram dadanya sambil memeras otak untuk mencari rute pelarian dan kemungkinan pertempuran.
Seekor laba-laba berkaki berbulu turun dari benangnya dan tergantung terbalik hanya beberapa inci dari mata gadis itu. Dia berteriak saat tiga pasang mata hitam mengilap menatap ke arahnya. Mundur ke belakang, dia tersandung batang kayu dan jatuh saat gigi capit laba-laba berbunyi klik. Rahangnya yang seperti sekop yang mungkin digunakan untuk menggali tanah, daun...dan daging.
Tiwi tersentak dan memukul benda itu sebelum memberikannya satu tendangan kuat. Serangga itu jatuh dari jaringnya dan bergegas ke semak-semak.
Miko mengayunkan lengannya, menjatuhkan seekor laba-laba dari bahunya. "Mengapa makhluk ini cuma tertarik sama gue dan Tiwi? Nggak ada yang ngajak Zaki main!"
Tiwi melompat sambil berteriak. Keringat berkumpul di atas alisdan menetes ke wajahnya. Bahkan memikirkan tentang laba-laba yang menyeramkan meryapa di punggungnya saja membuatnya ngeri--dan semakin banyak kaki yang dimiliki serangga itu, semakin buruk keadaannya. Dia lebih memilih berhadapan dengan tikus atau ular daripada laba-laba. Tapi masih belum yakin apakah hiu lebih buruk. Pasukan arakhnida itu membawa kembali kenangan minggu yang dia habiskan di rumah sakit setelah digigit oleh janda hitam. Sejak hari yang mengerikan itu, hanya dengan melihat seekor laba-laba kecil saja cukup membuatnya panik.
Dia tersentak dan merasakan darah mengalir meninggalkan wajahnya. Tiwi mengibaskan rambutnya dan menepuk-nepuk tubuhnya dengan panik. Perasaan bahwa ada sesuatu yang merayap di kulitnya tetap ada. Dia bergidik. "Jauhkan mereka dariku!"
Zaki muncul di sampingnya dan mengusap punggung Tiwi. "Aman. "
Tiwi berputar, pikirannya menipunya. Kulitnya masih terasa geli. Memindai pepohonan, matanya fokus pada gugusan hitam yang menggeliat. Ya, laba-laba itu lebih baik menjaga jarak jika mereka tahu apa yang baik untuk mereka. Dia punya tongkat dan tidak takut menggunakannya.
"Nggak ada laba-laba di badan lu," kata Zaki. "Sumpah."
Kata-kata Zaki akhirnya membuat Tiwi kembali tenang.
"Thanks."
Dia merinding memikirkan salah satu monster berbulu yang merangkak di tubuhnya, tapi dia mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Lebih baik fokus untuk keluar dari sana sebelum yang lain memutuskan untuk menyerang.
Dia mengarahkan tongkatnya ke kiri. "Ayo pergi ke sini---tidak banyak laba-laba."
Ketika Zaki mengangguk, Tiwi mengambil langkah lambat dan terukur, pandangannya tertuju pada kakinya supaya dia tidak melihat serangga sialan itu.
"Bagaimana mereka bisa menjadi sebesar ini?" tanya Zaki.
Miko tertawa kecil. "Mungkin karena air neon ajaib yang mereka minum."
"Hei, kita berenang di air itu!" balasku.
Zaki menghela napas. "Ya, jangan ingatin gue."
"Gue nuga nggak tahu," kata Miko. "Mungkin karena kita ada di daerah tropis."
Tiwi meringis saat menerobos jaring yang tebal dan kusut yang tergantung di antara dedaunan dan cabang, seperti hutan angker pada pesta Halloween, mencambuk kulitnya.
"Oke ... aku rasa kita salah arah."
"Kita nggak akan berbalik sekarang," kata Miko.
Tiwi mengangkat bahu. "Aku kan nggak bawa GPS."
Tiba-tiba, ratusan kicauan bernada tinggi terdengar lagi di udara, dan mereka melihat sekeliling.
"Gaes, lihat!" kata Zaki.
Sial. Di sekeliling mereka, tanah telah berubah menjadi kumpulan laba-laba hitam yang menggeliat. Laba-laba telah meninggalkan naungan pepohonan dan kini bekerja sama. Itu hanya bisa berarti satu hal: Mereka menemukan makanan baru, yaitu Tiwi, Miko dan Zaki.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI